Taman Siswa, Bertahan Dalam Penyusutan
Edisi: 11/11 / Tanggal : 1981-05-16 / Halaman : 60 / Rubrik : PDK / Penulis :
PERGURUAN Taman Siswa bukan sekolah favorit. Lembaga pendidikan yang akan genap berusia 59 tahun (Juli nanti) itu, bagi anak-anak sekarang termasuk pilihan ketiga -- sesudah sekolah negeri dan sekolah swasta yang populer.
Di zaman Belanda Perguruan Taman Siswa (PTS), yang merupakan sekolah kalangan nasionalis satu-satunya, memang menawarkan satu pendidikan yang seirama dengan perjuangan waktu itu Misalnya menekankan pelajaran sejarah pada Indonesia (atau Nusantara) di masa prakolonial. Kesenian yang Barat, dijauhkan dari kurikulumnya. Kesenian daerah ditekankan. Juga bahasa daerah. Karena waktu itu pribumi begitu susah masuk sekolah Belanda, PTS menjadi pilihan.
Kini, lembaga yang menerapkan kurikulum 1975 sebagai kurikulum resmi itu, apa boleh buat, rak berbeda dengan sekolah lain. Bahkan kemudian, dilihat dari segi fisik, "ibarat perlombaan, Taman Siswa tak secepat sekolah lain - Muhammadiyah, atau Katolik misalnya," kata Ki Suprapto, 68 tahun, Wakil Ketua Majelis Luhur Taman Siswa. Dan yang pertama ditunjuk sebagai penyebabnya PTS tak mudah mencari dana. "Sampai kini keuangan diperoleh dari uang sekolah dan bantuan pemerintah yang tak banyak tapi tak mengikat itu," kata Ki Hariadi, anggota Majelis Luhur.
Tahun ajaran 1980/81 ini misalnya, PTS menerima Rp 85 juta dari Dep. P & K -- sementara anggarannya per…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Wajib Pajak atau Beasiswa?
1994-05-14Mulai tahun ajaran ini, semua perguruan tinggi swasta wajib menyisihkan keuntungannya untuk beasiswa. agar uang…
Serba-Plus untuk Anak Super
1994-04-16Tahun ini, sma plus akan dibuka di beberapa provinsi. semua mengacu pada model sma taruna…
Tak Mesti Prestasi Tinggi
1994-04-16Anak cerdas tk menjamin hidupnya kelak sukses. banyak yang mengkritik, mereka tak diberikan perlakuan khusus.…