Kalau Sunat Bukan Bagian Agama

Edisi: 26/11 / Tanggal : 1981-08-29 / Halaman : 35 / Rubrik : SEL / Penulis :

DI Amerika Serikat, setiap harinya terdengar 4000 teriakan khas di berbagai rumah sakit. Jeritan bayi-bayi yang baru lahir yang menjalani penyunatan. Kejadiannya cuma lima menit, penis sang bayi lalu dibungkus, dan dokter yang mengoperasinya kemudian jadi lebih kaya US$ 75 (sekitar Rp 48 ribu). Dari satu setengah juta bayi pria yang lahir di Amerika Serikat setahunnya, delapan di antara sepuluh menjalani penyunatan.

Lebih sederhana dari di Indonesia, peristiwa penyunatan terjadi biasa saja. Hampir otomatis, seperti seorang dokter memotong ari-ari. Tapi, di negara yang mayoritas masyarakatnya bukan Islam itu, sunat bisa mengundang masalah.

Memang, kebiasaan ini termasuk kebiasaan baru di Amerika. Belum lagi sampai 50 tahun. Kebiasaan ini konon mulai populer di sekitar Perang Dunia II. Waktu itu, dokter-dokter militer mengambil kebijaksanaan untuk para prajurit. Alasannya besar kemungkinan untuk kebersihan.

Sesudah itu, banyak dokter menilai operasi macam ini baik, kemudian mempopulerkannya di kalangan masyarakat. Sekarang, sebagian besar dokter, juga orang tua tak lagi berpikir panjang untuk mengambil keputusan menyunat, begitu seorang anak lahir.

Berbagai alasan mengukuhkan kebiasaan ini. Di tempat pertama: kebersihan, menghindari berkumpulnya kotoran yang dinamai smegma di sekitar kepala penis, yang dikhawatirkan akan mudah menimbulkan infeksi. Lalu, memotong ujung kulit penis, konon bisa mengurangi kemungkinan terserang kanker kelamin. Juga mengurangi kemungkinan kanker pada prtner Sex.

Di samping dua alasan yang nampaknya…

Keywords: -

---

Foto Terkait