Darah Dan Doa Di Iran

Edisi: 29/11 / Tanggal : 1981-09-19 / Halaman : 15 / Rubrik : LN / Penulis :

DI akhir musim panas ini, senja turun lebih cepat di Teheran. Dan begitu malam tiba, rumah-rumah makan siap melayani tanu. Di bagian utara. kota, tempat berdiamnya orang kaya, meskipun tanpa bioskop maupun klub malam, kehidupan malam tampak lebih meriah. Penduduk Teheran, khususnya yang kaya, belum bisa meninggalkan kebiasaan mereka --berpakaian bagus dan makan di luar rumah. Begitu laporan pembantu TEMPO di Teheran, M. Firuz.

Akhir-akhir ini memang ada saja eksekusi (hukuman tembak mati) dan penangkapan, bom sering meledak di berbagai tempat, tembak-menembak terjadi di jalanjalan. Tapi semua itu seolah sudah menjadi rutin. Rupanya rakyat tetap tak peduli. Kehidupan berjalan normal. Di Pusat Perdagangan Istambul, yang terletak di tengah kota, keadaan tetap ramai. Bahkan taksi dan bis kota simpang siur sampai malam hari.

Ketika terjadi bentrokan bersenjata pekan lalu antara Pengawal Revolusi dan Mujahiddin-Khalq, rakyat hanya menyingkir. Menurut laporan, sekitar 30 orang terbunuh akibat pertempuran hari Kamis itu. Dan belakangan ini kelompok gerilya kota Mujahiddin tidak lagi menggunakan taktik lama, yaitu menembak dan kemudian bersembunyi. Tapi mereka siap dengan pertempuran terbuka, walaupun itu berlangsung di tengah keramaian orang yang lalu lalang.

Sehari sebelumnya, pertempuran antara kedua kelompok itu juga terjadi di Jalan Mosadegh, di daerah pertokoan. Waktu itu anggota gerilya Mujahiddin sempat meneriakkan 'Mampus Khomeiri'. Seruan yang berulang-ulang ini disusul dengan bunyi dor dor. Hari itu dikabarkan dua orang Pengawal Revolusi tewas.

Kekerasan seringkali memang tak bisa dihindari. Sejak terbunuhnya Ayatullah Mohammad Bahesti, Ketua Partai Republik Islam (PRI), akhir ,Juni lalu, pembunuhan sering terjadi. Walaupun ada pengawalan ketat,…

Keywords: -

---

Foto Terkait