Wajah Lotere Silih Berganti
Edisi: 38/23 / Tanggal : 1993-11-20 / Halaman : 39 / Rubrik : NAS / Penulis : BSH
TUJUH pahlawan gagah perkasa tertumbuk dalam suatu pertempuran selama empat hari tiga malam di tengah kelompok seratus serdadu berkuda. Ini bukan penggalan cerita silat, tapi kode "buntut" angka lotere yang diramalkan bakal keluar sebagai pemenang. Pada tahun 1970-an itu, bermacam-macam kode ditebak-tebak orang untuk memenangkan undian yang tentu sebagian besar meleset. Tapi, orang tetap keranjingan.
Seperti halnya SDSB sekarang, ketika itu Pemerintah memang berusaha mengeduk dana dari kantong masyarakat untuk membiayai kegiatan sosial dan olahraga. Namanya Nalo atau Nationale Loterij.
Para peramal dan dukun pun bermunculan sebagai "orang pintar". Ada yang dipanggil dengan sebutan embah, ki, romo, atau empeh. Pokoknya, yang serba serem tanpa orang merasa perlu menanyakan reputasi atau kehebatan mereka. Waktu itu, dari sejuta lembar kupon Nalo yang dijual setiap minggu, ternyata laku keras hingga mencapai 95%. Harganya Rp 50 per lembar, nilai yang cukup lumayan untuk kantong rakyat kecil ketika itu dibanding dengan harga karcis bus kota di Jakarta yang Rp 25. Dana yang terkumpul dari penjualan kupon Nalo dikelola Departemen Sosial, yang kemudian menyalurkannya untuk kegiatan sosial.
Bantuan itu di antaranya berupa ayam. Ada 22 panti asuhan yang kala itu masing-masing menerima 100 ekor ayam. Korban bencana alam di berbagai daerah juga dibantu. Waktu itu sebagian dana Nalo juga untuk keperluan dinas dan pembangunan kantor Departemen Sosial. Menteri Sosial saat itu H.M.S. Mintaredja, S.H.
Seperti sekarang, dari dulu pun protes terhadap judi terselubung itu sudah merebak. Ketika itu Mintaredja memang mengakui Nalo sebagai salah satu bentuk perjudian, tetapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Maka, ketika protes semakin gencar, ia hanya bisa menjawab, "Pemerintah bertekad menghapuskan perjudian. Tapi harus dicari dulu gantinya." Dan gantinya, ya, judi lagi, dengan nama lain yang diperhalus.
Nalo bukan usaha pertama untuk mengumpulkan dana lewat judi. Sebelumnya sudah ada usaha sejenis yang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?