Agar Dapat Tidur Tenang
Edisi: 28/10 / Tanggal : 1980-09-06 / Halaman : 14 / Rubrik : DS / Penulis :
MENDADAK, Rabu pagi 20 Agustus itu, suasana Desa Allaere dan Toddopolia yang selama ini selalu sepi, menjadi hldup. Kedua desa di Kecamatan Mandai, Maros (Sul-Sel) ini memang terpencil. Dan miskin. Bila musim hujan tiba, Sungai Maros meluap dan jalan-jalan jadi kubangan, sementara jembatan tak ada.
Di sanalah -- selain di dua desa di Bulukumba dan dua lagi di Kolaka (Sultra) -- program ABRI masuk desa (AMD) untuk wilayah Kodam XIV/Hasanuddin berlangsung. Kawasan ini dulu pernah tak aman ketika gerombolan DI/TII Kahar Muzakar masih mengganas. Bisa dimaklum kalau penduduk pernah curiga terhadap tentara.
Tapi kini penduduk menyambut anggota-anggota ABRI itu dengan gembira. "Kedatangan mereka tidak menakutkan lagi seperti ketika zaman kacau dulu. Dulu kalau melihat tentara, hati selalu bergidik," ujar Nompo, 65 tahun, kakek dari 11 cucu di Desa Toddopolia. "Mereka tidak memaksa-maksa seperti dulu."
Muin, ayah dari 4 anak di kampung Biring Kaloro Desa Allaere juga senang. "Saya juga tidak takut lagi, sebab mereka tidak memaksa minta apa-apa seperti dulu. Malah sekarang kalau saya beri buah-buahan mereka menolak," katanya. Nompo dan Muin, tanpa diminta membantu ABRI memperbaiki jalan desa, sementara rekan-rekan sedesa mereka yang lain membantu membuat sumur dan kakus.
Pemandangan yang umum terlihat di beberapa desa yang "diserbu" ABRI itu menarik. Sebelum mereka datang desa telah dihias dengan berbagai spanduk dan bendera. Selanjutnya setiap pagi sejumlah lelaki berkaus oblong bercelana hijau bekerja dibantu penduduk. Ada beberapa di antaranya yang gembira menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Di bagian lain beberapa orang ibu menyediakan makanan kecil dan minuman.
Mereka biasanya istirahat siang hari, kemudian melanjutkan kerja lagi sore harinya. Ada yang tinggal di rumah-rumah penduduk, tapi kebanyakan mendirikan kemah-kemah di lapangan atau halaman sekolah. Di situlah mereka memasak sendiri. Malah kadang membagi beras atau susu kepada penduduk.
Malam hari ada yang memberikan ceramah P4, GBHN, KB, keamanan dan ketertiban. Ada pula yang melatih baris-berbaris. Di lain hari juga ada acara olah-raga bersama atau kesenian. Beberapa prajurit bermain gitar. Sampai larut malam kadang ada yang ngobrol dengan tokoh-tokoh masyarakat.
Perlengkapan kerja yang mereka bawapun tidak serem pacul, sekop, peng aduk semen, linggis. "Peralatan yang mungkin menakutkan memang tidak diperlihatkan," kata Komandan Kompi Lettu Didi F. Soegito. Senjata yang mereka bawa memang disimpan di kemah -- dalam keadaan siap pakai.
"Meskipun begitu kewaspadaan harus tetap dijaga," tambah Didi, tamatan AKABRI 1975. Posisi kemah yang juga merupakan pos komando misalnya tetap diperhitungkan secara strategis. Bahan bakar, kendaraan, senjata, obat-obatan juga diatur sedemikian rupa hingga siap digunakan setiap saat.
Penduduk pun bergotong-royong mendampingi mereka. Rumah ronda dibikin, jalan diperbaiki, tempat MCK (mandi-cuci-kakus) dibangun, begitu pula bak air wudhu di masjid serta jembatan. Pagi sampai sore mereka bekerja, sambil menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Seorang dokter tentara juga tampak menerangkan seluk-beluk kesehatan dari rumah-ke rumah.
Penduduk Desa Toddopolia yang paling bahagia agaknya Ta'ring, janda dengan 4 anak, yang hidup dengan mengerjakan kebun kacang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Eropa Bersatu
1994-06-18Eropa bersatu menghadapi masalah berat, euro-skeptis. arus ini akibat situasi ekonomi dan politik yang memprihatinkan.…
Dari Iran ke Contra
1994-06-18Oliver north, 50, calon kuat terpilih sebagai senator negara bagian virginia, dari partai republik. ia…
UU Pro Homo
1994-06-18Provinsi ontario, kanada, mengesahkan uu homoseks. kaum homo diperbolehkan melakukan pernikahan, mendapat tunjangan, dan diijinkan…