Antara Reflek Dan Ngawur
Edisi: 51/08 / Tanggal : 1979-02-17 / Halaman : 39 / Rubrik : SD / Penulis :
SIARAN pandangan mata pertandingan olahraga, kadangkala jauh lebih seru dari pertandingan yang sebenarnya. Kalaupun sekarang sudah adat, mengikuti pertandingan lewat laporan radio tetap memiliki keunikan. Karena dengan mengikuti lewat telinga saja imajinasi pendengar berkembang terbawa emosi penyiar. Laporan pandangan mata olahraga lewat radio tetap diikuti di seluruh tanah air.
Sebagai mata pencaharian, lapangan ini tak mungkin dikerjakan sembarang orang. Paling tidak harus ada latihan yang keras di samping bakat. Penyiar Eddy Sihombing yang nyerocos dengan cekatan dan khas karena intonasi lokalnya, juga tidak dengan begitu saja jadi penyiar. Ia pernah berlatih langsung di tengah penonton di lapangan Ikada dengan tape-recorder sendiri. Ditonton oleh banyak orang, ia tidak boleh meleng, sebab hasil rekaman itu akan dinilai oleh pelatihnya.
"Dibilang karena gajinya besar, tidak. Dibilang karena tak ada lapangan kerja yang lain juga salah," kata Eddy yang sudah lebih 20 tahun dinas. Ia lahir di Tapanuli 15 September 1935. Pada 1956 setelah tamat SMA Bag. B ia menjual sepedanya, untuk menumpang kapal laut ke Jakarta. Waktu itu ia sama sekali tak punya keinginan jadi penyiar. Ia ingin jadi ABRI, lewat Akademi Militer Nasional, AMN di Magelang.
Ternyata AMN menolaknya. Dasar keras, ia mencoba menembus masuk AURI. Gagal juga. Coba di ALRI. Gagal lagi. Akhirnya mendaftar ke PTIK. Lho masih gagal terus. Akhirnya ia pasrah. "Barangkali memang saya tak ada bakat untuk jadi militer," katanya. Sementara itu ia sudah mulai aktif di RRI sebagai resepsionis. Hidupnya numpang pada seorang "bapak angkat" yang ditemuinya secara kebetulan di gereja.
Untuk menebalkan kantongnya, Eddy ngojek di Pasar Baru. Akhirnya ia bekerja sebagai tenaga administrasi pada Toko Eropa. Baru 1958 ia jadi salah satu redaktur pekabaran, berkat perhatian dari Sjamsu Sugito -- Kepala Pusat Pekabaran RRI Jakarta waktu itu. Setahun kemudian ia dapat kesempatan ikut test jadi penyiar sebelum dididik Abdul Hanan…
Keywords: Televisi Republik Indonesia, Radio Republik Indonesia, Eddy Sihombing, Sjamsu Sugito, Abdul Hanan Lubis, Rudy Hartono, Rusdi Saleh, Chuk Reskadarto, Rachman Hakim, Azwar Hamid, 
Artikel Majalah Text Lainnya
DIA DI BELAKANG PENONTON
1983-02-05Walaupun bisa nonton gratis, penghasilan rata-rata kecil, juga terancam bahaya radiasi.
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12Dengan adanya isu bahwa orang bertato akan diculik jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun, bahkan…
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12Dengan adanya isu orang yang bertato akan dibunuh, jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun bahkan…