Dari Wajah Jerman Yang Murung

Edisi: 35/09 / Tanggal : 1979-10-27 / Halaman : 25 / Rubrik : FL / Penulis :

 

DIA lebih senang berada di belakang, tidak di antara para diplomat. Malam itu, Kedutaan Besar Jerman Barat memutar film Die Blechtrommel (Genderang Kaleng) yang memenangkan Palme d 'Oro (Palem Emas) Festival Film Cannes 1979. Tinggi sekitar 170 cm, berkaca mata, botak kepalanya, Volker Schloendorff lebih suka memisahkan diri bersama isterinya, Margarethe von Trotta, dalam keramaian diplomatik itu.

Schloendorff, sutradara film Die Blechtrommel, belum sepopuler Francis Ford Coppola, misalnya. Pekan Film Jerman Barat, acara Kine Klub Jakarta pun, baru memperkenalkan film karya Werner Herzog dan Wim Wenders. Dalam acara yang padat di Jakarta, 7 s/d 12 Oktober, ia sempat mempertunjukkan 4 buah karyanya sambil diskusi dengan sekelompok sutradara terkemuka dan mahasiswa Sinematografi LPKJ.

Karya Schloendorff tentu berbeda dengan Herzog maupun Wenders. Tapi ketganya senantiasa menampilkan walah Jerman yang murung dan mencari identitas. Kesan ini juga muncul dalam Die Blechtrommel yang berasal novel karya Guenter Grass. Film berwarna yang hampir 2,5 jam ini dipaparkan lewat narasi tokohnya, Oskar Matzerath, seorang bocah yang pada ulang tahun ketiga, menolak tumbuh.

Diganggu Kemacetan

Ayahnya, demikian Oskar bercerita dalam gaya anak-anak, lahir karena proses luar biasa di Danzig. Seorang…

Keywords: Eddy Herwanto, Film Jerman, Film Die Blechtrommel, Volker Schloendorff, Werner Herzog, Wim Wenders, Guenter Grass, Johann Strauss, David Bennent, , 

---

Foto Terkait