Dengan Fasilitas Gemerlapan
Edisi: 46/08 / Tanggal : 1979-01-13 / Halaman : 55 / Rubrik : MS / Penulis :
MALAM pertama, 6 Januari, pada penampilan kedua, karcis habis. Di deretan depan kursi VIP Nyonya Fatmawati kelihatan segar. Dalam deretan yang sama tampak wajah Bung Hatta, Ali Sadikin, Tjokropranolo, ada juga Menteri Muda Gafur.
Dandanan panggung segera menjelasan watak enteng dan molek. Panggung nti berlatar belakang hitam, dipenuhi trap yang dilapisi semacam gelas yang nemantulkan cahaya. Bingkai depannya hitam, dihiasi gambar bunga yang manis-manis. Sayap panggung sebelah kiri menampung peralatan musik. Di kanan ada gamelan Bali dan peralatan kelompok Gipsy. Kedua panggung kecil itu dideking kain merah putih.
Acara tidak tepat dimulai pukul delapan. Panitia mengakui sengaja melakukan jam karet karena cemas melihat empat duduk belum semua terisi, padahal karcis amblas di loket. Rupanya pada tukang catut sudah beraksi. Ada yang menjual karcis utama sampai Rp 12 ribu.
Seluruh pendukung muncul memberikan salam buka sambil menari-nari. Pakaian mereka mengambil corak Bali yang telah dientengkan, sehingga praktis dan ngepop. Terasa juga bau Cina dan Jepang. Umbul-umbul merah putih pun muncul. Semua yang di panggung tersenyum, membuka mulut dan menggerakkan tubuh dengan enerjetik dan segar. Tak ketinggalan barisan pelawak Prambors yang diperkuat oleh Jack Jumbo dan Guruh sendiri yang berjoget dalam irama dangdut.
Kita langsung merasakan sesuatu yang manis, sensuil, nakal, remaja, tetapi sekaligus juga asing. Walaupun nomor pertama tambah menukik ke Bali, karena yang dibawakan lagu berjudul Janger Jakarta, terasa ada sesuatu yang hilang atau berobah. Lagu ini diciptakan Guruh tahun 1975. Temanya bersumber pada tari janger -- tari muda-mudi Bali yang lahir sekitar tahun dua puluhan. Sebaris pria dan sebaris puteri Swara Mahardhika telah berusaha mewariskan keriangannya, tetapi menyulap ornamennya menjadi "brutal". Batas barisan pria dan wanita telah hilang, keduanya bergerak dalam kegandrungan, dalam letupan emosi…
Keywords: Fatmawati, Bung Hatta, Ali Sadikin, Tjokropranolo, Guruh-Gipsy, Prambors, Jack Jumbo, Guruh Soekarno, Swara Mahardhika, Rudy Wowor, Titiek Qadarsih, Djayusman, Trio Bebek, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Skandal Bapindo dalam Irama Jazz
1994-05-14Harry roesli dan kelompoknya mengetengahkan empat komponis muda, dan kembali menggarap masalah sosial. dihadirkan juga…
Ngeng atau Sebuah Renungan Sosial
1994-05-21Djaduk ferianto, yang banyak membuat ilustrasi musik untuk film, mementaskan karya terbarunya. sebuah perpaduan musik…
Aida di Podium yang Sumpek
1994-05-21Inilah karya kolosal giuseppe verdi. tapi london opera concert company membawakannya hanya dengan enam penyanyi,…