Soerjadi Menang, Soerjadi Ditentang

Edisi: 22/23 / Tanggal : 1993-07-31 / Halaman : 22 / Rubrik : NAS / Penulis : PTH


SECARA tiba-tiba Wakil Presiden Try Sutrisno membatalkan kunjungannya ke Medan. Sedianya, ia ditunggu untuk meresmikan sejumlah proyek, dan ini yang lebih ditunggu wartawan menutup Kongres IV PDI. Sebagian warga Medan menunggu-nunggu, sampai akhirnya, Ahad pagi lalu, TVRI Stasiun Medan menayangkan pengumuman, yang dikemas dalam stop press. Isinya: "Kunjungan Wapres RI ke Medan 25-26 Juli batal". Pengumuman itu sempat tiga kali muncul di layar televisi setempat, di sela-sela dendang lagu dangdut dalam acara Album Minggu.

Keputusan Wakil Presiden itu terasa mendadak. Sebab, Sabtu pagi satuan polisi militer sempat membuat geladi bersih untuk menyambut kedatangan Try. Toh ihwal penundaan itu cepat terdengar ke Wisma Haji Pangkalan Mansyur, Medan, tempat berlangsungnya kongres PDI. "Karena ada kericuhan dan kongres macet," begitu berita dari Jakarta itu bertiup.

Maka, penutupan Kongres berlangsung dengan cara yang langka. Hanya dengan konferensi pers oleh Nico Daryanto, Ketua Panitia Kongres, di depan wartawan. "Kami menyatakan kongres ini ditutup, sudah selesai" ujar Nico, Sekretaris Jenderal PDI (1986-1993) itu.

Kendati jalannya persidangan awut-awutan, katanya, kongres berhasil menelurkan sejumlah keputusan, tentang program organisasi, pandangan politik partai, penyempurnaan AD/ART. Dan yang paling penting adalah terpilihnya Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI 1993-1998 secara aklamasi. "Semua keputusan ini sah," tambahnya.

Sebagai ketua panitia, boleh saja Nico mengatakan sah. Namun, keputusan kongres itu kini menjadi ajang kontroversi di lingkungan intern PDI dan Pemerintah. Pangkalnya, kongres itu diwarnai kericuhan yang panas, bahkan cenderung brutal. Walhasil, jalannya persidangan tak mengikuti tata tertib yang disepakati di awal kongres.

Dan pagi-pagi, Ketua PDI Yogyakarta Soetardjo Soerjogoeritno telah menggugat keputusan Kongres itu. "Apa pun yang diputuskan tidak sah. Cacat," ujar kandidat ketua umum itu. Tapi Tarto Sudiro, kandidat yang lain, mengakuinya. "Saya ucapkan selamat kepada Soerjadi. Pleno secara aklamasi telah memutuskannya. Itu sah," kata Tarto, tokoh yang aktif di Litbang PDI itu.

Gontok-gontokan di tubuh PDI sering timbul-tenggelam. Kongres yang kacau-balau, macet, deadlock, seolah sudah menjadi tradisi. Selama lima hari perhelatan ada atraksi yang mendebarkan: penjebolan pagar, pendudukan aula utama, dan perkelahian fisik.

Sebelum kongres dibuka, pertikaian memang sudah membayang. Kelompok yang menamakan diri DPP PDI Peralihan, di bawah pimpinan Ahmad Subagyo, 54 tahun, berkonsinyasi di Medan. Kekuatannya sekitar 200 orang, sebagian dari organisasi Pemuda Demokrat. Ahmad Subagyo, yang baru diangkat menjadi anggota DPA itu, dikenal sebagai penentang Soerjadi sejak tujuh tahun lalu (lihat: Dulu di Luar, Kini di Atas Angin)

Kelompok PDI Peralihan, yang dibentuk dua tahun lalu, berdalih ke Medan untuk membuat kongres tandingan. Namun, mudah diduga bahwa sasaran yang sebenarnya adalah kongres resmi, karena mereka tak mengantungi izin dari…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?