Tabu Atau Madu

Edisi: 36/01 / Tanggal : 1971-11-06 / Halaman : 44 / Rubrik : OR / Penulis :

SEX memang berubah menurut roda zaman. Selera dan gajanjapun
ikut menjesuaikan diri dengarl peradaban. Namun sepandjang
sedjatah olahraga, mithos bahwa sex adalah tabu bagi atlit
nampaknja tidak serap-lh rekor lari 100 meter. Tapi apakah benar
"seorang atlit harus mendjauhkan diri dari sex mendjelang
peristiwa olahraga penting?" Paling tidak pertanjaan bahwa
kegiatan sex dapat mengurangi vitalitas seorang atlit jang akan
terdjun kegelanggang mulai mendapat tantangan 5 tahun belakangan
ini.

; Tantangan itu sudah barang tentu datangnja dari sekelompak
ahli-ahli kedokteran olIlraga atau sport-medicine.
Pendekatan-pendekatan fisik, anatomis teknis dan teknologis jang
dapat mendorong prestasi, dirasakan masih belum memadai, bila
unsur psikologis atau kejiwaan jang dapat menentukan kondisi
psikis tidak ikut ditelaah. Dan berkatalah Dr Christine Picard,
Koresponden World Sports: "Kita tidak nempunjai bukti bahwa sex
itu berbahaja, sementara kita pun maklum bahwa mentjeraikan
seorang dari kekasihnja pada saat-saat tertekan hanja dapat
menambah ketegangan".

; Puskas. Sjahdan 17 tahun iang lalu kekalahan Kesebelasan "Adjaib
" Hongaria oleh Kesebelasan Djerman Barat difinal Kedjuaraan
Dunia di Berne (2-3), kini masih merupakan misteri jang mendjadi
buah tutur orang. Pembahasan dari segi teknis, fisik dan mental
belum berhasil memetjahkan problim tersebut. Masih
dibutuhkan-faktor "X". Apa itu? "Mengapa pemain-pemain Hongaria
diberi idjin bertjampur dengan isteri mereka 24 djam mendjelang
pertandingan final?" tanja sementara orang awam.

; Apa jang terdjadi 24 djam mendjelang…

Keywords: -

---

Foto Terkait