Tantangan Bagi Wiweko

Edisi: 38/01 / Tanggal : 1971-11-27 / Halaman : 50 / Rubrik : EB / Penulis :

MALAM itu malam Kamis tanggal I3 Oktober 1971. Tjuatja di
Djakarta, tidak sebagaimana biasa, tjukup terang. Sekira djam
21.30 WIB kapten pesawat DC-9 Garuda bernama Sachroni dan
co-pilot Kusdjinatin sudah berada dalam cockpit untuk terbang
menudju Den Pasar. Kedua pilot senior itupun, sebelum lepas
landasan, mengikuti aba-aba jang diberikan oleh petugas lapangan
Kemayoran untuk mengantar pesawat keluar hanggar. Tapi malang,
udjung sajap kanan pesawat menjerempet pintu hanggar. "Sungguh
sial", kata Rusdjinatin jang djuga merangkap kerdja sebagai
manager operasi, PN Garuda. Malam jang "sial" itu tentunja tidak
punja hubungan dengan angka 13 dalam tanggalan. "Aba-aba jang
diberikan petugas inilah jang tidak benar".

; Kepada reporter TEMPO, Yunus Kasim, kapten Rusdjinatin kemudian
mendjelaskan duduk perkara mengapa sampai udjung sajap kanan
pesawat menabrak hanggar. "Kondisi di Kemajoran memang belum
menjamai lapangan terbang internasional dibanjak negeri. Disini
masih diperlukan mengikuti aba-aba jang diberikan seorang
petugas. Sebabnja? Garis-garis djalur djalan pesawat tidak ada
di Kemayoran". Kedjadian jang dialami kedua pilot Garuda
bukanlah jang pertama kali. Beberapa waktu sebelumnja pesawat
milik SAS pertama menabrak "tower" Kemayoran. Pesawat milik
perusahaan JAL dan MSA djuga tidak bebas dari insiden dilapangan
udara internasional Kemayoran.

; Tapi reaksi jang kemudian datang dari pengurus Ikatan Penerbang
Sipil Indonesia, disingkat Ipsindo; menilai masalah insiden
pesawat itu sebagai suatu hal jang…

Keywords: -

---

Foto Terkait