Jakarta Rantau Bertuah
Edisi: 45/01 / Tanggal : 1972-01-15 / Halaman : 37 / Rubrik : DH / Penulis :
MEREKA pulang berbondong-bondong dari satu pertemuan jang di
beri nama halal-bihalal, awal bulan ini, seolah-olah satu parade
jang sunji dan pandjang disaat-saat lewat tengah malam. Bermula
dari Istora Senajan lalu menjusuri djalan Djenderal Sudirman
terus ke djalan Thamrin, orang-orang Minang itu dari sana
mementjar keseluruh pendjuru Kota. Tak ada jang istimewa dalam
peristiwa ini. Ketjuali satu hal: bahwa itu terdjadi di
Djakarta. Dengan arak-arakan jang demikian, untuk sesaat
kehidupan kota besar ini diberi tjorak lain.
; Orang-orang Minang, sadar atau tidak, sebelumnja telah ikut
serta memberi tjorak dibanjak bidang kehidupan Djakarta. Sampai
berapa djauh, itu satu hal jang masih bisa diperdebatkan. Tapi
seandainja kehidupan kota adalah satu pentas jang besar, maka
orang-oran Minang - diantara oran-orang lain - sebagai para
pelaku jang penting atau tidak, selalu kelihatan "hadir".
Mengapa? Mungkin sekali karena sosok keuletan jang selalu mereka
kenakan. Keuletan, jang dapat ditemukan dalam pantun ini:
; *
; Putus tali lajan-lajang
; Robek kertas tentang bingkai
; Hidup djangan mengepalan
; Tidak kaja, berani pakai
; *
; Garam & Bunga.
; Tanpa itu agaknja orang Minang dalam kehidupan masjarakat
Djakarta, atau diseluruh Nusantara, tak akan tjukup menarik
untuk dipermasalahkan. Dan dengan itu pula para avonturir Minang
dari golongan avonturir Indonesia jang relatif ketjil djumlahnja
menjebar kemana-mana. Menurut satu sumber Pemerintah Daerah DCI,
sebanjak 400.000 orang menumpuk di Djakarta merupakan 10% dari
djumlah seluruh penduduk. Mereka menggarap apa sadja jang sesuai
dan bisa digarap, dengan satu tekad: harus sukses. Akan tetapkah
di masa jang akan datang mereka djadi "garamnja masjarakat"
seperti jang di kemukakan Dr Hamka, ataukah akan tumbuh sebagai
"bunga dalam taman Indonesia" -- jang mungkin punja warna
sendiri seperti jang tjoba diramalkan oleh Prof. Bahder Djohan?
Itu hanja sang waktu jang bisa membuktikan.
; Sudah tentu Djakarta bukanlah satu-satunja sasaran para perantau
Minang Mochtar Naim, jang mengadakan penjelidikan mendalam
tentang perantau-perantau Minang sedjak lama, sekarang Direktur
Centre for Minangkabau Studies di Sumatera Barat, mengutip
pendapat seorang kepala daerah Djawa Barat jang memperkirakan
bahwa didaerahnja terdapat 300.000 orang Minang, tersebar
dibanjak kota seperti Tjirebon. Tasikmalaja, Tjiamis, Garut,
Purwakarta Sukabumi dan djuga Banten. Beberapa ribu orang lagi
dapat ditemukan di Djawa Tengah & Djawa Timur, sedang 300.000
orang diperhitungkan menetap di Sumatera Utara, dan 100.000 dari
djumlah ini mendjadi penduduk kota Medan. Sumatera Selatan
kebagian 100. 000 perantau Minang, sementara kota-kota Djambi
dan Pekanbaru jang disebut sebagai satelit, padat dengan para
perantau dari daerah jang sama. Naim menjimpulkan bahwa
gelombang perantauan Minang, iang dapat dirasakan efeknja hingga
sekarang, mulai bergerak sesudah Perang Dunia I. Mereka melintas
melalui 4 poros: Deli dan Sumatera Utara, Riau dan Djambi, pulau
Djawa dan tanah Semenandjung (Malaysia). Beberapa ratus tahun
sebelum gelombang perantauan besar-besaran itu terdjadi,
kira-kira diudjung abad 14 (1390) seorang pangeran dari
Minangkabau, Radja Baginda, mendjeladjah sampai ke Sulu. Disana
ia dinobatkan sebagai radja Sulu I. Pada achir abad ke-15,
orang-orang Minang menjusup kepantai-pantai timur Sumatera,
bahkan menjeberang ke Melaka dan mungkin djuga mendjadi
tjakal-bakalnja pendatang-pendatang Minang jang sekaran mendiami
Neeri Sembilan, Malaysia. Kabarnja sudah ditahun 1512
Albequerque menjebut-njebut tentang daerah daerah kota bagian
pedalaman Malaka jang telah didiami pendatang-pendatang Minang.
Diawal abad ke--17 konon ada tiga orang datuk asal Minangkabau,
Datukri Bandang, Datukri Pattimang dan Datukri Tiro jang aktif
menjebarkan gama Islam di Sulawesi Selatan. Prof. Zainal Abidin
dari Universitas Hasanuddin menjatakan bahwa jang disebut
sebagai orang "Melaju" di Sulawesi Selatan adalah djuga
orang-orang Minangkabau jang membuat koloni di Makassar dan
sampai kini masih memakai gelar Sutan. Patut djuga
diikut-sertakan keterangan Prof. Jaspan: kalangan bangsawan
Serawak berasal dari keturunan Minangkabau dan menurut dugaan,
mereka datang kedaerah ini pada zaman kedjajaan Malaka. Dalam
masa-masa sesudahnja mereka menjebar ke Pontianak, Bandjarmasin,
Samarinda, Tarakan, Menado, bahkan samapi ke Nusa Tenggara,
Maluku dan Irian Barat. Maka Mochtar Naim sampai pada
kesimpulan: tak ada satu kelompok ethnis di Indonesia jang
pindah keluar daerah asalnja setjara demikian menjolok seperti
orang Minangkabau.
; Timpang.
; Tanpa memperhitungkan sifat perpindahan, Naim membandingkan
djumlah orang-orang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
HORMAT BENDERA, DUA KALI SEHARI
1985-02-02Semua siswa diwajibkan memberi hormat bendera merah putih sebelum dan sesudah pelajaran. selain memasang wayang…
ANCAMAN-ANCAMAN DARI PUNCAK
1985-01-26Tanah di kawasan puncak menjadi labil dan kualitas serta kuantitas air menjadi merosot. presiden meminta…
ANTRE BEBAS BH DI JAWA TENGAH
1984-04-21Beberapa kabupaten dan kotamadya di jawa tengah, di nyatakan bebas buta huruf.