Bebas Becak, Bebaskah Juga Beban ? ; Bebas Becak, Bebaskan Juga Beban ? ; Becak, Becak, Becak

Edisi: 47/01 / Tanggal : 1972-01-29 / Halaman : 38 / Rubrik : KT / Penulis :


DJAKARTA belum bebas bandjir tapi sedang mulai "bebas betjak".
Setelah 40 tahun mendjadi bagian dari kehidupannja, Ibukota
setjara resmi mendjatuhkan talak I kepada djeni kendaraan itu
Sedjak 1 Desember tahun kemarin setjara berangsur bagian-bagian
kota jang konon digolongkan daerah protokol diproklamasikan
sebagai DBB. Bukan mustahil pada achirnja Djakarta akan
mendjatuhkan talak 3 dengan mengusir betjak samasekali baik dari
daerah protokol maupun bukan. Untuk sementara waktu sebagian
masjarakat ibukota memang masih membutuhkan betjak lagi, sebab
kendaraan angkutan lain belum 100% mampu menggantikannja. Tapi
bagaimanapun pemerintah DCI tidak menghendaki kehadirannja lagi
disini. Di mata fihak resmi betjak jang tua bangka itu adalah
sumber penjakit belaka bagi dusun besar Djakarta jang sedang di
persolek djadi "kota metropolitan",

; Jean Simons.

; Niat menghalau betjak dari Djakarta, bukan baru sadja muntjul
dengan muntjulnja usaha metropolisasi kota ini. Di gedung
olahraga Ikada, ditahun memuntjaknja Trikora, Presiden Sukarno
dengan suara mengguntur berpidato: "Hai pemuda Indonesia, engkau
boleh djadi kuli, tapi djangan mendjadi tukang betjak. Sebab itu
pekerdjaan hina!" Orang jang berdiri diluar agaknja masih bisa
menjaksikan, para tukang betjak jang berhenti memadati djalan
tepi Merdeka Selatan waktu itu segera bubar. Ditengah
klentang-klentong riuh bunji bel betjak jang ditabuh? seorang
tukang diantaranja sambil lari mendorong betjaknja berteriak:
"Hai orang hina, mari kita djadi kuli!" Tidak hanja sekali
Sukarno pernah berkata dengan nada seperti itu mengenai betjak.
Ia pernah mentjeritakan pertjakapannja dengan bintang film Jean
Simons jang datang ke Indonesia dan di undang keistana. "Saja
ingin mentjoba naik betjak jang katanja ditarik manusia", kata
Jean Simons ketika Sukarno menanjakan apa jang dia ingin tjoba
selama di Indonesia. "Sebagai bangsa Indonesia, saja merasa
terhina", kata Presiden Sukarno, dengan penuh emosi "patriotik"
dalam pidatonja.

; Dan emosi djuga agaknja alasan jang lebih menondjol, ketika
utjapan Sukarno itu diartikan dan ditampung sebagai abaaba resmi
mengenjahkan betjak dari Djakarta dan digantikannja betjak
bermotor. Istilah "bemo" segera masuk dalam kamus djenis
kendaraan angkutan baru. Selang beberapa waktu kemudian
kendaraan angkutan roda-tiga bermesin 1 silinder jang berbentuk
kepala tenuk itupun mulai berkeliaran didjalan-djalan Djakarta.
Tak terlalu banjak alasan di kemukakan ketika pemakaian bemo di
resmikan, selain betjak "sudah ketinggalan zaman" dan "tidak
sesuai dengan martabat bangsa Indonesia".

; Pola Teka-Teki.

; Tapi segera ternjata, bemo tidak djuga membuat martabat bangsa
lebih sesuai. Djumlah bemo jang datang tidak tjukup banjak
disamping tidak tjukup murah untuk mampu menggantikan betjak
jang sudah dihinakan namun tetap memenuhi kebutuhan alat
angkutan praktis. Dari djumlahnja jang kurang itu, bemo ternjata
harus dibagi-bagi pula dengan kota-kota lain diluar Djakarta.
Dan malangnja pula, djumlah bemo jang dirasakan kurang banjak
itu ternjata memang tak mungkin diperbanjak lagi:
petugas-petugas Indonesia jang melakukan pembelian barang itu
dari Djepang, telah membeli djenis kendaraan stok sisa jang
belum terdjual dari pabrik jang sudah menghentikan produksinja
untuk selama-lamanja. Maka kehadiran bemo di Djakarta, tidaklah
lebih dari hanja sebagai penambah djenis alat pengangkutan jang
sudah ada, tanpa berhasil mengurangi peranan betjak.

; Menurut Partomuan Harahap, Kepala DLLD--DCI, tjiri sebuah
metropolitan dibidang angkutan adalah "lenjapnja Aneka ragam
djenis kendaraan", seperti dikatakannja kepada reporter Harun
Musawa. Dan untuk melenjapkan aneka ragam djenis kendaraan itu
fihak DCI, seperti dikatakan Partomuan pula, melaksanakan "pola
angkutan baru" (TEMPPO 8 Djanuari 1972). Pembaharuan memang jang
dibutuhkan kota ini. Itu tidak berarti bahwa pembaharuan tidak
menimbulkan konflik, keragu-raguan, dan kegelisahan. Sebab orang
sulit membebaskan diri dari kebiasaan lama. Maka mendengar
keterangan tentang pola angkutan baru dari DLLD--DCI, ada orang
jang merasa seperti mendengarkan uraian sebuah teka-teki. Bukan
karena uraian itu tidak djelas, tapi karena menimbulkan
pertanjaan: adakah pola baru ini dalam waktu jang singkat akan
mendjadi lama, dan di susul dengan jang lebih baru lagi? Baru
beberapa bulan jang lalu ada "pola baru" untuk oplet dan bemo
jang konon dikatakan akan didesak kepinggir kota. Kini bemo
djuga jang djustru harus mengambil alih transpor umum
ditengah-tengah kota didaerah protokol jang telah dinjatakan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

L
LEDAKAN DI MALAM NATAL
1985-01-05

Bom meledak di dua tempat di gedung seminari alkitab asia tenggara dan di gereja katolik…

S
SENAYAN MENUNGGU PAK DAR
1984-02-11

Keppres no.4/1984, seluruh kompleks gelora senayan (tanah yang diperuntukkan asian games ′62), dinyatakan sebagai tanah…

Y
YANG TERTIB DAN YANG MENGANGGUR
1983-04-09

Berdasarkan perda no.3/1972, gubernur soeprapto, akan melakukan penertiban terhadap bangunan liar dan becak-becak. bangunan sepanjang…