Menata Pelita Di Sulawesi Selatan

Edisi: 50/01 / Tanggal : 1972-02-19 / Halaman : 43 / Rubrik : DH / Penulis :


33 bulan sesudah Abdul Kahar Muzakar tertembak mati (3 Pebruari
1965) disebuah desa ditepi sungai Lasalo, Sulawesi Selatan,
kepala negara jang waktu itu masih berstatus Pedjabat Presiden
mengadakan kundjungan kedaerah tersebut. Ini adalah kundjungan
kerdja pertama jang dilakukan Djendral Soeharto keluar Djawa.
Agaknja bukan tanpa alasan mengapa ia lebih dulu ingin melihat
Sulawesi Selatan. Dua tiga tahun bukanlah waktu jang lama untuk
bersiap-siap memulai satu hidup baru, terutama tidak untuk
daerah jang tidak putus dirundung malang ini. Belum terlalu
djauh untuk mengenangkan bagaimana Sulawesi Selatan diamuk badai
pertentangan fisik, sedjak pemberontakan Andi Azis (achir 1949),
Sumual (1957) sampai ditaklukkannja Kahar Muzakar (1965). Ketika
daerah lain, terutama Djawa, sudah mulai mendarldarl diri,
Sulawesi Selatan baru sadja akan berbenah-benah. Dan disaat-saat
tahun I dari Pembangunan Lima Tahun I dimulai, daerah lain siap
untuk benar-benar membangun, sementara Sulawesi Selatan tidak
dapat berbuat lebih banjak daripada melaksanakan rehabilitasi.
Sampai sekarang rehabilitasi masih berlandjut terus.

; Badik.

; Tapi untuk membangun kiranja tidak satu daerahpun dapat
dikatakan terlambat, tidak Sulawesi Selatan, bahkan tidak Irian
Barat. Achir 1968, ketika rombongan Soeharto dipersilakan
meliwati djarak 90 km Makassar-Djeneponto, djalan jang dilalui
bukan sadja tidak aman, tapi keriting tanpa kerikil apalagi
aspal. Debu memutihkan kepala dan mengotorkan badju-badju jang
bersih. Panorama sekitar kadang-kadang tandus menjilaukan dengan
bunga-bunga bougenville ungu dan anak-anak telandjang dibawah
kolong rumah. Sekarang djalan jang sama sebagian ditimbun batu,
sebagian lagi diaspal mulus. Sekian km dari djalan itu membelok
kekiri akan ditemukan kesibukan 24 djam membangun terowongan
sepandjang 1 km, satu unit dari Bendungan Kelara jang
direntjanakan selesai tahun ini. Masih kurang lengkap kalau
tidak menjebutkan tentang desa Paitana, terletak beberapa km
dibelakang terowongan jang tahun lalu baru sadja terpilih
sebagai desa No.2 terbaik diseluruh propinsi itu. Suasana aman
tenteram kelihatan merasuki djiwa penduduk jang dulu sering
menusukkan badik antara sesama mereka dalam perkelahian
memperebutkan air. Ketenteraman itu djuga mengendap kedalam hati
rakjat dibanjak desa disana (ada lebih kurang 1260 desa jang
tersebar dalam 23 kabupaten).

; Bagaimanapun djuga, Bendungan Kelara jang hampir djadi dan telah
menghabiskan miljar-miljar rupiah sekarang ini sedang
menundjukkan arti lain dari kehidupan bernegara jang dulu
dirasakan rakjat sbagai tjompang-tjamping tanpa harapan. Dan
bila bekas-bekas pemimpin gerombolan banjak jang djadi kepala
desa seperti jang dikatakan Bupati Djeneponto Morra Daen Bilu
kepada TEMPO --maka bukanja ini merupakan satu tanda jang tjukup
baik?

; Puang.

; Kesungguhan mereka mengikuti gerak hidup jang baru itu nampak
sama seriusnja dengan kesungguhan mendjalankan ibadah. Djuga
tidak kurang pula taatnja dari kata-kata "ja Puang" jang
diutjapkan hanja kepada para bangsawan. Tapi ditengah-tengah
suasana Pelita jang perlahan-lahan merombak tjara berfikir
rakjat, ada dua hal lain: kenangan dan hormat pada Kahar Muzakar
tidaklah pupus begitu sadja disamping hormat jang ichlas kepada
"andi", "karaeng" dan "datu" masih merupakan kebiasaan jang
umum. Bahkan bukan sedikit orang Bugis & Makassar jang merasa
jakin bahwa Kahar sebenarnja tidak mati: ia dibajangkan hidup
tenang dilingkungan koloni Bugis-Makassar jang merupakan unsur
dominan dalam masjarakat dinegara bagian Selangor.

; Suku-suku Bugis Makassar jang merupakan majoritas dari 5 djuta
penduduk Sulawesi Selatan menjembunjikan kebanggaan-kebanggaan
kelompok, jang lazim terdapat pada setiap suku. Dan kebanggaan
ini bukanlah tanpa dasar. Dengan perahu-perahu lajar pinisi
(minimal berat muatan 60 ton) dan lambo (minimal berat muatan 25
ton), suku-suku Bugis Makassar mendjeladjah samudra, sampai ke
Maluku, Australia, Sumatra, Malaka, bahkan konon ada jang
mentjapai Madagaskar. Tak sjak lagi mereka adalah pelaut-pelaut
jang piawai, jang lebih takut pada perahu botjor daripada
gelombang dan topan. Tradisi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

H
HORMAT BENDERA, DUA KALI SEHARI
1985-02-02

Semua siswa diwajibkan memberi hormat bendera merah putih sebelum dan sesudah pelajaran. selain memasang wayang…

A
ANCAMAN-ANCAMAN DARI PUNCAK
1985-01-26

Tanah di kawasan puncak menjadi labil dan kualitas serta kuantitas air menjadi merosot. presiden meminta…

A
ANTRE BEBAS BH DI JAWA TENGAH
1984-04-21

Beberapa kabupaten dan kotamadya di jawa tengah, di nyatakan bebas buta huruf.