Menjajaki Jalan Rujuk

Edisi: 15/02 / Tanggal : 1972-06-17 / Halaman : 39 / Rubrik : EB / Penulis :

HAMPIR enam tahun lewat sedjak peristiwa G-30-S, namun angka
perdagangan antara Indonesia dan negara-negara komunis boleh
dibilang masih menundjukkan titik beku. Ekspor Indonesia
kenegara-negara komunis telah merosot dengan tadjam sedjak 1965
- ke RRT bahkan sudah menqapai titik nol sedjak 1970 - dan impor
dari negara-negara ini djuga mentjapai titik nadir, sekalipun
ekspor dan impor Indonesia ke dan dari negara-negara lain
meningkat dengan tjepat selama lima tahun terachir ini. Dan
memang, sekalipun pada waktu hubungan mesra Indonesia dengan
negara-negara komlmis mentjapai puncaknja pada 1965, perdagangan
Indonesia dengan mereka hanja merupakan bagian kecil dari
keseluruhan perdagangan Indonesia. Ekspor Indonesia pada 1965 ke
negara-negara ini hanja 11% dari seluruh ekspor, sedang impor
dari negara-negara komunis tidak lebih dari 13% dari seluruh
impor. Namun ekspor Indonesia ke negara-negara komunis pada 1970
telah merosot mendjadi 3% dari seluruh nilai ekspor. Dan pada
1971 jang lalu bahkan merosot lagi hanja tinggal 1%.

; "Made in USSR". Nampaknja tidak ada jang lebih parah dari pada
andjlognja ekspor Indonesia ke RRT; tahun 1965, Indonesia masih
mengekspor sebanjak US$ 40 djuta, tapi sedjak 1970, sama sekali
tidak ada ekspor kesana. Kehilangan pasaran sebesar US$ 40 djuta
ini tentunja bukan kehilangan jang kecil bagi satu negara jang
masih lapar devisa, namun agaknja inilah harga jang harus
dibajar Indonesia dalam penghancuran komunisme didalam negeri.
Dan harga jang mesti dibajar dalam bentuk merosotnja pasaran
ekspor djuga terlihat dari makin…

Keywords: -

---

Foto Terkait