Kebakaran ! Kebakaran !

Edisi: 22/02 / Tanggal : 1972-08-05 / Halaman : 44 / Rubrik : ILS / Penulis :


HANJA dalam djangka waktu tjukup singkat, dua buah pasar
tergadang dikota Bukittinggi dan Padang musnah dilalap api.
Kedjadian serupa didahului hampir setjara berturut-turut oleh
hangusnja pasar utama kota Bandjarmasin dan pusat pertokoan
penduduk kota Pakan Baru. Kemudian, bagaikan dengan
perdjandjian, mendjelang musim kemarau tahun ini, sebuah pasar
dikota Palembang-pun mendjadi abu, serangkaian dengan
kebakaran-kebakaran besar maupun ketjil dikota-kota lainnja
diseluruh Republik ini. Dan semuanja hampir tidak menarik lagi
untuk dibatja setjara bertekun-tekun lewat kolom-kolom
surat-kabar, sebab difahamilah sudah, sekian djiwa dan begitu
banjak benda milik dengan segera mendjadi sematjam bahan
penggosok untuk memengkilapkan barang-barang petjah belah.

; Perkaranja mulai memikat setelah para tjerdik-pandai disekitar
api mempermaklumkan bahwa semua bentjana itu berasal dari tangan
manusia juga, setelah berubah udjud mendjadi kelalaian.
Dulu-dulu banjak orang menamakannja sebagai pemakaian jang tidak
pada tempatnja lagi dari sepertjik api, lewat kompor, lampu
minjak, korek-api atau pun puntung rokok. Tetapi penjebab
terkenal jang achir-achir ini tidak kalah populernja dengan
"pariwisata" sebagai penjebab dipilihnja berbagai "miss"
terus-menerus, adalah jang bernama "korsluiting" aliran listrik.
Sehingga ketika mempertjakan akan wabah merah jang minggu-minggu
terachir ini tjukup banjak mendjilat bagian-bagian kota
Djakarta, Sukmadihardja kepala BPK DCI Djaja menjebut urutan
penjebab kebakaran sebagai "korsluiting listrik, kemudian kompor
dan achirnja lampu minjak".

; Ember & Karung

; Tetapi taroklah berpuluh penjebab kebakaran walau liwat seberkas
api seketjil pasirpun dapat terdjadi dimana sadja, sewaktu-waktu
dan tidak pandang bulu, namun tidak sak lagi bahwa fikiran
banjak orang akan segera mengirim tuntutannja kemobil-mobil dari
Barisan Pemadam Kebakaran (BPK) jang sudah pasti harus dimiliki
setiap kota. Kemana mobil-mobil itu mengaum sehingga
berhektar-hektar areal bangunan masih dengan enaknja didjilati
lidah sang api'? Djawabnja tidak lutju, tetapi konon Indonesia
ini masih terhitung sebuah negara dimana penduduknja masih
banjak memakai api dan mudah dimuslihati api disatu pihak
sementara dipihak lain alat untuk memusnahkannja belum banjak
diperhatikan. Kedjadian ditahun 1965 ketika hampir seperdua kota
Martapura (Kalsel) hangus terbakar, membuktikan bahwa
pentjegahan malapetaka djenis ini masih banjak tergantung pada
nasib, sekurang-kurangnja pada ketjekatan lempar-melempar ember
atau karung-pasir. Tidak sulit diperkirakan, karena untuk kota
kabupaten itu sebidji kendaraan jang memiliki pipa-pipa
penjemprot air tidak ada ditambah lagi, Bandjarmasin, ibukota
propinsi 40 Km diutara Martapura, hanja memiliki dua perangkat
mobil pemadam kebakaran bagi ª djuta penduduknja. Dan dalam
menghitung-hitung djumlah kendaraan anti api ini, tampaknja
inilah antjaman utamanja, jaitu para penguasa kota masih lebih
suka mendaftarkan anggaran memperbagus gedung-gedung daripada
memperbanjak djumlah unit mobil BPK--tanpa sadar bahwa dengan
begitu mereka telah bersiap-siap untuk membakar gedung itu
sendiri.

; Kepala BPK Djakarta sendiri mengakui bahwa untuk penghuni
Ibukota jang berdjumlah 4« djuta djiwa diatas daerah seluas 650
Km persegi hanja disediakan 36 buah mobil kebakaran. Dia
membandingkan hal itu dengan Tokyo jang menjediakan 1.091 buah
mobil untuk memagari api diseluruh kota dengan areal 1.174…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

N
NATAL DALAM GAMBAR
1991-12-28

Berbagai gambar karikatur natal untuk peristiwa di eropa, myanmar, kremlin, palestina, dilli, yugoslavia, dan penyakit…

M
MENGAPA WANITA SIMPANAN
1990-04-21

Emansipasi wanita mencatat banyak kemajuan ada sisi lain yang getir yaitu, kebebasan seks dan istri…

K
KETIKA TELEPON TIDAK BERDERING
1990-04-21

Hubungan seks bebas para peragawati menurut okky asokawati berdasarkan cinta dan tanpa tuntutan. tempo mengadakan…