Mengeruk Kuala

Edisi: 26/02 / Tanggal : 1972-09-02 / Halaman : 22 / Rubrik : DH / Penulis :


KEADAAN Barito yang dangkal sungguh merawankan. Bayangkan,
kapal-kapal yang memuat logs terpaksa melepas jangkar di
tengah-tengah samudera, sedang para buruh berpacu dengan ombak
memuat batang-batang kayu bundar itu keatas kapal atau perahu.
Tentang ini berkatalah Ardiansjah-SH, Kepala UKA Pelabuhan
Banjarmasin yang berwenang menyediakan tenaga kerja di pelabuhan
itu bahwa "pekerjaan yang dilakukan oleh buruh di muara sungai
Barito itu sangat besar risikonya. Tetapi tidak ada jalan lain",
katanya kepada TEMPO. Bagaimana gerangan risiko itu? Apabila
kayu-kayu bundar yang ditarik itu hilang dipukul gelombang, maka
semua. pihaklah menderita kerugian, baik ia eksportir (sebab
kontrak kapal ditentukan oleh time charter), buruh (kurangnya
muatan berarti kurangnya upah) maupun negara (devisa yang
hilang). "Namun kesulitan ini bisa diatasi, kalau mendangkalnya
ambang Barito sudah dipecahkan", kata Ardiansjah.

; Project aid. Kelihatannya tidak ada pilihan lain. "Ambang Barito
harus dikeruk sekarang juga", kata Administrator Pelabuhan
Banjarmasin D.S. Sumolang kepada Gubernur Kal. Sel. Subardjo.
Ini terjadi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

H
HORMAT BENDERA, DUA KALI SEHARI
1985-02-02

Semua siswa diwajibkan memberi hormat bendera merah putih sebelum dan sesudah pelajaran. selain memasang wayang…

A
ANCAMAN-ANCAMAN DARI PUNCAK
1985-01-26

Tanah di kawasan puncak menjadi labil dan kualitas serta kuantitas air menjadi merosot. presiden meminta…

A
ANTRE BEBAS BH DI JAWA TENGAH
1984-04-21

Beberapa kabupaten dan kotamadya di jawa tengah, di nyatakan bebas buta huruf.