Dari Kisah Daerah Bergetah
Edisi: 27/02 / Tanggal : 1972-09-09 / Halaman : 15 / Rubrik : DH / Penulis :
BEBAN terberat dihadapi propinsi Sumatera Selatan semenjak lebih
dari sepuluh tahun terahir adalah bagaimana menggaet
keranjang-keranjang duit yang selama ini masih banyak terjerat
dalam lilitan pohon-pohon liar. Batang-batang karet makin
bersatu-padu dengan hutan dan hampir pikun kebun-kebun kopi
gering oleh rongrongan gerombolan musang dan pohon-pohon kayu
rebah ditebang usia. Tetapi kalau semak-belukar itu pada ahirnya
berhasil dikuakkan tangan petani yang telah digalakkan perkara
kedua segera muncul sumber-sumber ekonomis itu rapat tertutup
karena jalan yang pernah menjadi tempat bersantai-santai para
demang Belanda dan gunco Jepang untuk memungut blasting telah
bertahun tak terjamah lalu menghutan atau menganak-sungai
Kuda-kuda bukan lagi menjadi hewan lambang kebangsawanan para
anak-cucu pangeran tetapi tersorok-sorok kurus berhari-hari
ditengah lumpur jalan membawa beban kekota. Tetapi sementara itu
kuda beban yang bernama manusia juga merajapi kubang-kubang
jalanan itu, hanya untuk menukarkan beberapa kerat getah karena
dengan sebungkus asam-garam dari dusun jauh dipedalaman kekota
terdekat.
; Diseluruh propinsi ini hampir 6.000 kilometer terentang jalan
Hampir seluruhnya dalam keadaan rusak dan 60% diantaranya binasa
berat Para pedagang - atau apapun namanya untuk jenis para
tengkulak -- makin punya dalih untuk memaksakan tarif terendah
bagi barang-barang yang dibelinya dari para petani dan
menaikkannya menjadi 500 sampai 700% dikota besar terahir. Untuk
mengangkutnya truk kami 4 kali patah as sekian kali terbenam dan
sekian hari terkatung-katung diperjalanan kata mereka. Sehingga
seluk-beluknya kemudian ialah bagaimana merentangkan jalan-jalan
itu agar seperti uratnadi mengirimkan denyutan-denyutan darah
bagi buah buah para petani, jantung kehidupan propinsi itu. Dan
selanjutnya bagaimana pula menyehatkan tubuh itu secara
keseluruhan apabila selama ini semua yang bernama tanah sawah
telah membatu karena bertahun tanpa irigasi, anak-anak belasan
tahun sudah menjadi bapak atau ibu karena didesa tiada sekolah
dasar yang lebih tinggi dari kelas 4 untuk menyibukkan masa
remaja mereka. Atau bagaimana menyembuhkan sakit paru-paru dan
malaria yang telah menggerogoti hampir secara merata penduduk
pedalaman. Dan selanjutnya. Dan hanya satu kesimpulan: Pelita di
Sum-Sel di mulai pada saat tubuh daerah itu dalam keadaan luka
parah pada ketika malaikat-maut seakan sedang bermain-main
dengan hidup di bumi dimana keluarga Syailendra pernah bercokol
dan mempermainkan kekuasaannya hampir di seluruh Nusantara.
; Sebungkus Rokok
; Apapun yang telah dicatat sebagai hasil pembangunan daerah itu
setelah hampir berahirnya Pelita I agaknya halus banyak dilihat
pada tangan para pemngkat sebagai pelaksananya disana. Dan tidak
beda dengan nasib jalan-jalan ekonomis yang terlantar
bertahun-tahum pemerintahan marga kelompok beberapa desa adalah
juga yang banyak terbengkalai. Tidak secara kebetulan bahwa
Asnawi Mangku Alam sebagai gubernur melihat eselon ini sebagai
fihak yang berhubungan langsung dengan para produsen pertanian
tetapi mungkin juga karena dia cukup faham bahwa para pasiran
(kepala marga) adalah ujung jarinya yang terahir untuk mencuil
kegairahan para petani yang telah lama apatis.
; Sejak pertengahan 1968 semua pimpinan marga diganti melalui
pemilihan langsung hampir dengan serentak. Tetapi ketika
gubernur banyak menyebut para pasiran sebagai pelaku penting
dalam pembangunan orang banyak menafsirkan jabatan itu sebagai
pangkat berezeki. Akibatnya mudah disangka disamping daftar
calon yang tidak sedikit juga kompetisi banyak dibumbui
lembaran-lembaran uang. Selanjutnya ketika tahun-tahun permulaan
ada uang subsidi desa - di Sum-Sel dilaksanakan dengan
perhitungan perkapita - tidak sedikit pun pasirah yang mulai
menghitung-hitung antara pengeluaran untuk merebut jabatannya
dulu dengan jumlah uang yang didrop kabupaten kepadanya.
Sehingga "ada pasirah yang menggunakan uang itu asal saja"
sebagai diungkapkan gubernur Asnawi permulaan bulan lalu ketika
berada di daerah kabupaten Ogan Komering Ulu(OKU). Meskipun
gubernur tidak menyebut kemungkinan subsidi itu semuanya hangus
ditungku pak Pusirah tetapi tidak sangsi lagi bahwa perangkat
pemerintahan terbawah ini tidak sedikit yang menyebar karat
dalam kelancaran membangkitkan daerah itu.
; Pertukaran dan pergantian pejabat-pejabat inti setingkat
kabupaten, kepala-kepala dinas dan staf terdekat gubernur
baiklah dinilai sebagai kehendak untuk mengganaskan program
pembangunan, diluar kabar jalanan seakan Asnawi pilih baju dalam
mengangkat seseorang pejabat. Dan kesulitannya justruterletak di
sini: penilaian terhadap seseorang pejabat kunci disana selalu
akan dicap sebagai "ada apa-apa"nya antara orang atau pers
dengan sang pejabat. Bahkan gubernur yang berpangkat Brigjen itu
selalu menolak untuk memberi penilaian dengan kata-kata kuncinya
sebagai "berilah kesempatan dulu". Tetapi tidak terlampau
keliru, apabila hampir semua fihak diluaran sepakat bahwa hanya
dengan jumlah tidak lebih dari isi sebungkus rokok kretek
pejabat-pejabat kunci pembantu gubernur…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
HORMAT BENDERA, DUA KALI SEHARI
1985-02-02Semua siswa diwajibkan memberi hormat bendera merah putih sebelum dan sesudah pelajaran. selain memasang wayang…
ANCAMAN-ANCAMAN DARI PUNCAK
1985-01-26Tanah di kawasan puncak menjadi labil dan kualitas serta kuantitas air menjadi merosot. presiden meminta…
ANTRE BEBAS BH DI JAWA TENGAH
1984-04-21Beberapa kabupaten dan kotamadya di jawa tengah, di nyatakan bebas buta huruf.