Bernafas Dalam Hutan & Minyak
Edisi: 48/02 / Tanggal : 1973-02-10 / Halaman : 20 / Rubrik : DH / Penulis :
PERKARA pokok yang sedang di hadapi daerah Kalimantan Timur
antaranya bagaimana mengatur penduduk yang hanya 1 3/4 juta jiwa
untuk propinsi yang luasnya 1« kali pulau Jawa. Soalnya begini.
Penduduk pedalaman yang selama ini hampir terputus samasekali
dengan "dunia biasa" telah terbiasa hidup berpindah-pindah. Apa
bila satu tempat menurut mereka sedang cukup baik untuk bertani
atau memberikan hasil hutan dengan jumlah yang lumayan -- di
sanalah mereka menetap. Selanjutnya kalau terlihat daerah baru
yang memberi kemungkinan lebih baik. mereka yang terdiri dari
berpuluh-puluh keluarga itupun berpindah. Urusannya timbul:
sulit menghubungi mereka untuk berbagai ikhwal pemerintahan dan
lebih-lebih pula dari sudut keamanan untuk daerah yang
sewaktu-waktu dapat di ancam gerilya komunis Paraku dan PGRS.
Lainnya lagi, tentulah dunia luar tidak dapat memanfaatkan hasil
pertanian mereka dan tentu pula sulit memperkenalkan
kelakuan-kelakuan orang-orang lebih modern.
; Rahasianya yang terpenting adalah bahwa lalu-lintas di propinsi
itu 80% masih tergantung pada kemurahan air sungai. Sehingga
untuk mencapai mereka bukan saja memerlukan waktu perjalanan,
tetapi juga waktu untuk berfikir: apakah pada saatnya dapat
kembali lagi tepat ketika air sungai sedang pasang. Adapun
mengenai jalan raya yang ada di daratan, janganlah berbicara
sekarang. Memang pemerintah daerah sedang memburu waktu untuk
menyelesaikan IIS KM jalan antara Balikpapan -- Samarinda
Tenggarong, tetapi ratusan kilometer jalan yang dilicinkan para
pemegang konsesi kayu dapat dianggap sebagai "spontan" atas
dasar kepentingan mereka dan masih memerlukan waktu lebih
panjang untuk mengurusnya hingga berguna bagi lalu-lintas yang
hidup. Dan selebihnya adalah masih rimba melulu. Sehingga
penduduk pedalaman dari berbagai suku Dayak yang ada, terus juga
terkelambui di dalamnya.
; Menghidupkan Kampung
; Keadaan serupa itu, sebagai ditutur kan gubernur Kaltim, A.Wahab
Syahrari, telah berlangsung puluhan tahun. Sehingga sebuah
kampung (desa) tidak selalu dapat dipastikan, apakah masih ada
di tempatnya semula seperti ketika untuk pertama kali ditemukan.
Meski begitu, lama-lama tampaknya para pengembara tadi ingin
juga berkomunik si dengan dunia baru. Merekapun mulai
mengarahkan perpindahan menuju daerah yang mulai ramai. Wahab
Syahrani menceritakan, bahwa orang-orang yang suka berpindah itu
sekarang umumnya mendekati pusat-pusat penebangan kayu. Terlihat
disini bahwa saling berhubungan itu memberi kemungkinan banyak
bagi hasil-hasil hutan yang mereka dapatkan, tetapi terutama
juga karena dengan begitu sudah lebih mudah untuk menggauli
mereka. Tetapi dari fihak lain makin terlihat tanda-tanda bahwa
penduduk yang memang masih tipis itu makin menciut ke beberapa
bagian daerah tertentu saja, sehingga di pedalaman yang jauh
makin ketiadaan manusia.
; Adalah patut apabila ikhwal begitu bukan saja merisaukan tetapi
juga sekali gus menggelisahkan. Karenanya, "Pemda sudah
merencanakan mengatur lokasi-lokasi…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
HORMAT BENDERA, DUA KALI SEHARI
1985-02-02Semua siswa diwajibkan memberi hormat bendera merah putih sebelum dan sesudah pelajaran. selain memasang wayang…
ANCAMAN-ANCAMAN DARI PUNCAK
1985-01-26Tanah di kawasan puncak menjadi labil dan kualitas serta kuantitas air menjadi merosot. presiden meminta…
ANTRE BEBAS BH DI JAWA TENGAH
1984-04-21Beberapa kabupaten dan kotamadya di jawa tengah, di nyatakan bebas buta huruf.