Dari Sidang 13 Hari Di Bulan Maret
Edisi: 04/03 / Tanggal : 1973-03-31 / Halaman : 05 / Rubrik : NAS / Penulis :
APAKAH ke-920 orang anggota MPR telah menyampaikan suaranya
dalam sidang umum yang berakhir minggu lalu itu? Tentu saja
tidak. Sebab kalau semua anggota masing-masing di beri waktu 5
menit saja untuk naik ke atas mimbar, maka waktu yang disita
untuk angkat omong saja akan memakan 3 hari dan tiga malam
lebih. Dan tentu pula waktu sesingkat itu tidak akan memuaskan
para anggota. Padahal kalau untuk ke -- 920 orang itu masih
diberi kesempatan berpidato masing-masing I jam, maka lengkaplah
segala tetek bengek yang hendak disampaikan sebagai wakil dari
sekian juta penduduk. Tetapi kalau waktu I jam itu diberikan
juga, maka semua pembicara akan menyedot waktu 38 hari
(siang-malam) lebih, dari Sidang Umum yang hanya berlangsung 13
hari.
; Andaikata pula, dari pembicaraan yang masing-masing 1 jam itu
harus di tuangkan dalam tulisan kertas tik berspasi renggang
dengan tembusan sebanyak jumlah anggota, maka untuk pidato
seorang anggota saja akan dibutuhkan kertas tidak kurang dari 27
rim. Dan kalau kertas itu terdiri dari jenis HVS kwalitas baik
--seimbang dengan kwalitas keanggotaan mereka - maka untuk
membeli kertas itu saja diperlukan uang Rp 135 ribu lebih. Kalau
masing-masing pidato bernilai sekian tentu pula dari seluruh
anggota akan memerlukan kertas 27 rim kali 920 sama dengan
24.840 rim. Menurut harga kertas HVS di pasaran selama hari-hari
tenang yaitu Rp 5.000 per-rim, maka untuk membeli kertas pidato
semua anggota akan di keluarkan uang sebanyak Rp 124 juta lebih.
Jumlah ini akan berlipat-lipat lagi kalau berlaku perhitungan
yang serupa pada setiap kali berlangsung pemandangan umum.
; Tuna Wisma
; Tetapi ternyata keadaan tidak sehebat itu. Untuk biaya seluruh
sidang saja menurut Sekretaris Umum MPR yang baru dilantik
Mayjen Mudjono SH, jumlahnya kurang dari Rp 200 juta meski pun
lebih dari Rp 100 juta. Taroklah jumlah sebenarnya Rp 125 juta -
sama dengan jumlah penduduk - dan dengan ini saja kalau dibagi
rata dengan semua warga-negara masing-masing akan mendapat
bagian Rp I setiap orang. Pembagian yang samasekali tidak
berarti. Karena itu daripada dibagi rata dengan percuma lebih
baik digunakan untuk SU ini, apalagi mengingat bahwa peristiwa
yang berlangsung 13 hari itu akan menjadi sejarah terpenting
bagi seluruh bangsa, sekurang-kurangnya untuk selama 5 tahun
mendatang. Lagi pula jumlah biaya itu sudah termasuk untuk
mendatangkan para anggota, membuat mereka betah tinggal selama
sidiang berlangsung. Untuk ongkos penginapan selama dua hari
sebelum dan sesudah sidang bagi anggota-anggota yang berdomisili
di luar Ibukota disediakan Rp 3.000 per-hari. Tetapi sementara itu
kepada mereka juga dibagi-bagikan cek yang dapat diuangkan sekaligus
dan sewaktu-waktu -- yang disebut uang paket -- sebanyak Rp 2.700
perhari untuk setiap anggota dan Rp 1.900 bagi anggota-anggota
yang berdiam di Jakarta. Ini belum terbilang beberapa jenis
honorarium lainnya, sehingga jadi lengkaplah bahwa ke-anggotaan
para wakil Rakyat itu sudah cukup memadai dibanding dengan
pengisi saku yang diberikan selama sidang. Dan apabila
dipukul-rata masing-masing anggota menerima Rp 60 ribu, maka
untuk uang kehormatarl ini saja telah dikeluarkan Rp 55 juta
lebih. Satu jumlah yang tidak apa-apa dibanding hasil yang telah
di telorkan selama sidang yang berlangsung siang-malam, bahkan
sampai larut itu.
; Biaya itu harus dihitung juga untuk membayar honorarium para
petugas yang terlibat langsung maupun tidak langsung yang menumt
Mudjono SH meliputi jumlah 6.000 orang. Meskipun jumlah ini
termasuk para supir pribadi para anggota, para petugas keamanan
dan polisi lalu-lintas, tetapi mereka ini juga tampaknya
sekali-sekali mendapat kebijaksanaan untuk menerima pembagian
makan dan minum. Lebih-lebih lagi bagi para polisi lalu-lintas
yang semenjak hari pertama telah menyebar di segala persimpangan
jalan yang menuju Senayan. Tetapi jumlah 6.000 orang itu tentu
saja belum termasuk para petugas keamanan yang berpakaian sipil
alias intel yang konon kabarnya telah disebar ke segala penjuru
dan mulut Jakarta semenjak berlakunya hari-hari tenang. Begitu
banyaknya para pengatur keamanan jenis ini, sehingga beberapa
orang tuna-wisma yang biasa berkeliaran di sekitar jembatan
Pejompongan tidak jauh dari kompleks gedung DPR/ MPR -- sering
dilirik orang sebagai intel-intel yang menyamar.
; Gang Sadar
; Memasang mata-mata serupa itu rupanya tidak sia-sia. Buktinya,
sidang penting yang semula diperkirakan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?