Teka-teki Daerah Selatan ; Teka Teki Daerah Selatan

Edisi: 11/03 / Tanggal : 1973-05-19 / Halaman : 06 / Rubrik : LN / Penulis :

JIKA di Luon dan kepulauan Visayas (Pilipina Utara & Tengah)
usaha Marcos menciptakan ketertiban dan keamanan relatif
berhasil, di Mindanao dan kepulauan Sulu masih merupakan
teka-teki. Instruksi supaya menyerahkan senjata-api di sini
bukan saja kurang ditaati oleh penduduk yang beragama Islam,
akan tetapi malahan telah menimbulkan pecahnya perlawanan
terbuka. Mindanao dan Sulu selama ini merupakan daerah pangkalan
penyelundupan yang tak pernah bisa diatasi pemerintah, sarang
komplotan-komplotan penjahat, tempat persembunyian orang-orang
buronan. Tapi lebih dari itu ia merupakan daerah konflik antara
orang-orang Islam - yang merasa pemilik syah dari wilayah ini
lawan orang-orang Kristen yang merupakan penduduk pendatang dari
utara. Lahirnya gang-gang seperti Baracuda Blackshirt dan Garuda
di fihak orang-orang Islam serta Ilaga di fihak orang-orang
Kristen bersumber dari konflik dua golonga ini. Saling culik,
serang dan bunuh antara sudah merupakan kejadian sehari-hari
jauh sebelum berlakunya UU.YB. Dalam bentrokan-bentrokan yang
sering terjadi ini, fihak orang-orang Islam merasa bahwa tentara
yang dianggap merupakan kekuasaan Kristen selalu berfihak bahkan
membantu fihak orang-orang Kristen. Tidak mengherankan jika
instruksi Marcos untuk menyerankan senjata itu dipandang bukan
lain daripada usaha orang-orang Kristen untuk memuat orang-orang
Islam tak berdaya dan tak terlindungi. Di samping itu senjata
api bagi orang-orang Islam Pilipina ini secara turun-menurun
merupakan bagian dari kebanggaan akan kejantanan Moro - yang
sepanjang sejarah memang tak pernah berhasil sepenuhnya
ditaklukkan oleh penjajah manapun yang pernah menjajah kepulauan
Pilipina.

; Hanya 2« Persen

; Di awal tahun 1972 fihak Departemen Pertahanan di Manila
memperkirakan terdapat sekitar 50.000 pucuk senjata-api dari
berbagai jenis di daerah Selatan ini. Sebagian dari
senjata-senjata itu konon adalah sisa perang dunia yang lalu
yang tidak diserahkan oleh pejuang-pejuang gerilya setelah
perang selesai. Sebagian lagi adalah bikinan sendiri tapi tidak
kurang dari itu adalah senjata-senjata modern hasil selundupan.
Penyebaran senjata-senjata gelap ini menurut perkiraan
Departemen Pertahanan: 11.400 pucuk di propinsi Lanao del Sur
7.700 di propinsi Lanao Utara, 5.500 di Cotabato, 2.400 di
Cotabato Selatan dan 10.000 di Sulu. Tapi laporan intelijen
mencatat bahwa pada akhir tahun 1972 telah terdapat kenaikan
jumlah senjata gelap di daerah Selatan ini sampai 100.000 pucuk.
Dan berapa yang telah diserahkan setelah diumumkannya UUKB?
Pengumuman fihak kepolisian menyebutkan tidak lebih dari 2.500
di seluruh daerah propinsi yang berpenduduk muslim, atau hanya
sekitar 2«% dari jumlah seluruh senjata yang diperkirakan oleh
fihak intelijen.

; Namun fihak militer tak ingin hal ini dinilai sebagai kegagalan.
Komodor Gil Fernandez, panglima kodam Barat Daya karena itu
menginstruksikan kepada anak-buahnya untuk melakukan pelucutan
secara aktif terhadap orang-orang Islam, penggeledahan dari
rumah ke rumah, terutama di daerah Zamboanga, Sulu dan Basilan.
Tindakan fihak tentara ini ternyata justru menimbulkan akibat
lebih parah terhadap keamanan dan ketertiban di sana.
Orang-orang Islam Pilipina itu merasa cara-cara tentara
melakukan penggeledahan terlalu kasar dan menyinggung perasaan
Fihak tentara juga melakukan penangkapan-penangkapan bahkan juga
menimbulkan korban-korban luka-luka ataupun terbunuh di kalangan
penduduk. Ketegangan kian meruncing dan sampai titik ini
pecahnya pemberontakan sudah tak terelakkan.

; Pecah Di Marawi

; Sebulan setelah diumumkannya UUKB, pemberontakan pertama pecah
di Marawi kota di mana di tahun 1935 orang-orang Islam pernah
mengeluarkan resolusi dalam suatu apat umum yang isinya menolak
dimasukkannya Mindanao dan kepulauan Sulu menjadi bagian dari
wilayah Pilipina jika Amerika Serikat ingin memberikan
kemerdekaan kepada Pilipina. Pcmberontakan pertama ini konon
digerakkan dari…

Keywords: -

---

Foto Terkait