Lakon Megawati Dalam Partai
Edisi: 43/23 / Tanggal : 1993-12-25 / Halaman : 14 / Rubrik : NAS / Penulis : PTH
SRIKANDI memang bukan tokoh sembarangan. Dalam pentas perwayangan, ia digambarkan sebagai jagoan yang biasa mengungguli pria, suka melindungi kaumnya yang kesusahan, terkenal, berpengaruh luas, sekaligus pintar melobi. Maka, orang pun bisa berandai-andai bahwa Ny. Megawati Soekarnoputri, 47 tahun, dan Ny. Siti Hardiyanti Rukmana, 45 tahun, akan menjadi Srikandi Indonesia di pentas politik. Bahkan, menurut pengamat ekonomi dan politik Christianto Wibisono, bukannya tak mungkin bakal terjadi lakon "Srikandi Kembar" di pentas politik Indonesia nanti.
Adegan awal itu sudah dimulai Rabu pekan lalu di kediaman Ny. Siti Hardiyanti Indra Rukmana (Tutut), di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Untuk pertama kalinya Mega bertamu ke rumah Tutut. Peristiwa itu tentu menarik perhatian. Maklum, kedua ibu yang kebetulan bertanggal lahir sama itu -- 23 Januari -- sedang sama-sama naik daun di panggung politik. Tutut belum genap dua bulan menjadi salah seorang Ketua Golkar, dan Mega baru saja meraih "pengakuan publik" sebagai Ketua Umum PDI.
Pertemuan anak sulung Presiden Soeharto dan anak kedua bekas Presiden Soekarno itu sepintas tak ubahnya perjumpaan antar-ibu-ibu arisan. Begitu berjumpa, mereka langsung berpelukan dan mengadu pipi. "Waduh, macet, ya, di jalan," sapa Tutut ramah. Di tengah kerumunan wartawan, Mega agaknya tak enak mengatakan bahwa ia telat hampir dua jam karena paginya mesti bertemu dengan Kepala Bakin Letjen TNI Sudibyo.
Pertemuan Mega-Tutut selanjutnya menjadi khusus. Mereka berbicara empat mata selama sekitar 20 menit. Wartawan digiring keluar. Apa yang dibicarakan? "Saya dan Mbak Ega cuma ingin bertemu. Sekadar reuni, dulu kami sama-sama dari perguruan Cikini," kata Tutut -- ketika ia di SMP, Mega sudah di SMA Cikini. "Di antara kami tak ada masalah," ujarnya. "Selama ini kami tak putus hubungan, lo," Mega menambahkan. Kedua "Srikandi" itu menolak dikatakan melakukan silaturahmi politik.
Kesan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?