Khotbah: Politik & Arus Bawah

Edisi: 22/03 / Tanggal : 1973-08-04 / Halaman : 26 / Rubrik : AG / Penulis :


BETULKAH masjid-masjid sekarang sudah dipenuhi khotbah-khotbah
politik? Sudah tentu tidak seluruhnya. Dan diskusi tentang
khotbah Jum'at pada penutup Juni dan awal Juli kemarin,
bertempat di masjid agung Sunda Kelapa Menteng, Jakarta, memang
tidak melulu berangkat dari kesan semacam itu. Meski begitu
pertemuan besar para khatib, jemaat dan pengurus masjid yang
diselenggarakan Koordinator Da'wah Islam (KODI) DKI Jaya
tersebut bukan sama sekali tidak didorong oleh keluhan-keluhan
yang sudah lama terdengar dalam hal khotbah, khususnya di
Jakarta. Sebagian pemrasaran dan pembahas yang berbicara selama
dua malam dan satu hari itupun bukan tidak menyinggung
kritik-kritik yang dimaksud.

; Mara Karma misalnya. Berbicara sebagai pembahas prasaran
berjudul Ke arah khotbah yang lebih komunikati', Managing Editor
Harian Angkatan Bersenjita dan bekas pemhantu majalah Islam
Pembina itu mengemlkakan kembali keluhan populer: bahwa
khotbahkhotbah, khususnya di Jakarta, boleh dibilang sudah
kehilangan daya tariknya. Temanya tidak aktuil, cara
penyuguhannya tidak menarik, dalil-dalil dan contoh-contohnya
terlalu dangkal dan fidak relevan dengan tingkat kehidupan
jemaat. Juga hal lain, "yang dianggap sementara orang merupakan
cacad", tak urung tendensi khotbah yang banyak menjurus ke
masalah politik.

; Sindir-menyindir. Lebih dari Mara Karma adalah Rosihan Anwar.
Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi Pedoman itu, berhicara
sebagai pembahas prasaran HA Malik Ahmad (dari masjid Agung
Al-Azhar Kebayoran Baru) tentang pemilihan materi khothah,
disambut oleh suasana yang hangat. Mengemukakan hal-hal sekitar
ketidak-enakan dan gerutuan orang terhadap pelaksanaan khotbah,
haji wartawan yang dikenal sering mengkritik para pemuka Islam
itu sampai-sampai menerima diskwalifikasi dari seorang hadirin
yang menudingnya ebagai "bukan khatib dan bukan ulama".

; Pokoknya ramai. Dan hal itu memang sudah ditebak. Sebab seperti
dibilang ketua penyelenggara diskusi, Drs AM Fatwa, forum yang
sengaja dibuka tersebut -- yang hakikatnya kelanjutan diskusi
da'wah di tempat yang sama tahun lalu (TEMPO 6 Mei 1972) -memang
diharap menjadi tempat musyawarah dan berdebat secara efisien
dan terhormat, daripada kritik-mengkritik dan sindir-menyindir
di luaran.

; Memang terdapat semacam jarak dalam diskusi tersebut - seperti
yang kemudian ditulis Pedoma dalam dua kali tajuk. Bukan saja
jarak dalam penggunaan bahasa antara "para wartawan" dan "para
khatib/ulama". Tapi juga perbedaan titik-tolak antara "para
pengamat" yang banyak berpijak pada pertimbangan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16

Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…

S
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05

Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…

S
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05

Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…