Lebai-lebai Payabudjuouk

Edisi: 23/03 / Tanggal : 1973-08-11 / Halaman : 20 / Rubrik : PDK / Penulis :

TENGKU Ismail Thaib Payabudjouk (52 tahun) di depan lebih seribu
hadirin pada malam 14 Juli barusan bertanya terbata-bata:
"Apakah yang dapat kami berikan? Kami adalah dari golongan
rakyat kecil, yang lemah dan dhaif". Kata-kata yang nadanya
sangat jatmika ini telah dilontarkan oleh ketua Yayasan
"Madrasah Islam Modern" (MIM) dalam memperingati hari jadi
perguruan tersebut ke 25 di Langsa. Agaknya ia bukanlah meminta
semacam pengakuan atas usahanya itu. Dan kepada TEMPO tengku
yang amat gesit itu berkata pula: "Kami bersama beberapa teman
ingin memberikan sesuatu kepada negara, sebagai memenuhi
kewajiban dan amalan kepada ummat, walau sebutir pasir yang
sangat kecil sekalipun".

; Pertumbuhan. Rupanya sepak terjang Ismail Thaib dalam membina
dan membangun madrasah MIM -- yang menurutnya tidak hanya ingin
mencetak para lebai yang "cuma mau hidup dari berzikir saja"
--telah berhasil memancing banyak perhatian. Bukan saja dari
mereka yang di dalam negeri -- yang pada kesempatan itu turut
pula dihadiri oleh Dirjen Bimas Islam Drs Kafrawi, MA, direktris
pendidikan lslam Departemen Agama Drs Zakiah Darajat serta
letjen Sudirman dari PDTI di Jakarta -- tapi malah Presiden
Pertubuhan Kebajikan Islam Malaysia (Perkim) Tan Sri Yusof bin
Ibrahim turut pula mengelu-elukan keusiaan MIM seperempat abad
itu. Juga Rabithah Alam Islamy yang berpusat di Mekkah selain
menyumbang buku-buku tak ketinggalan mengirim Mohd. Natsir,
ketua Dewan Dakwah Islamyah Indonesia, sebagai utusannya ke
Langsa. Dan setelah tahu apa yang telah dilakukan MIM -- dulu ia
pernah sekali datang melihatnya -- Natsirpun. Agaknya soal yang
disinggung Natsir tadi telah pula menjadi dasar bagi Ismail
sempat mengingatkan kembali bahwa "ummat Islam haruslan mencari
akar…

Keywords: -

---

Foto Terkait