Perjuangan Untuk Melayu

Edisi: 26/03 / Tanggal : 1973-09-01 / Halaman : 08 / Rubrik : LN / Penulis :


KETIKA tanggal 13 Mei 1969 Kuala Lumpur tiba-tiba menjadi arena
pertumpahan darah antara penduduk Cina dan Melayu, orang yang
paling terpojok di Malaysia agaknya adalah Perdana Mnteri Tunku
Abdul Rahman. Tokoh-tokoh muda di dalam maupun di luar UMNO
(Organisasi Persatuan Nasional Melayu) sudah lama mengidap
perasaan tidak senang -- namun jarang mendapat peluang
mengutarakannya-pada kebijaksanaan Tunku yang dinilai mereka
"sudah dibeli Cina" dan tak mampu lagi memperbaiki kehidupan
golongan Melayu. Berbagai aksi-aksi yang diperlihatkan oleh
golongan intelektuil, pemuda dan mahasiswa Melayu -- seperti
peristiwa-peristiwa di Dewan Bahasa ketika masih di bawah Sayed
Nasir, di Universitas Malaya ataupun protes-protes dalam
peristiwa Teluk Gong tahun 1967 misalnya -- tidak lain merupakan
refleksi dari ketidak-senangan penduduk Melayu terhadap
pemerintah waktu itu.

; Titik Belok Perkembangan

; Hingga kini tidak jelas benar asal mula meletusnya peristiwa
berdarah 13 Mei itu. Tapi sehari sebelumnya, hari Minggu petang,
di Kuala ILumpur memang terlihat arak-arakan tanpa izin yang
dilakukan oleh penduduk Cina. Arak-arakan itu diduga diorganisir
oleh golongan oposisi Cina yang kebetulan telah berhasil
memenangkan pemilihan umum yang baru saja selesai diadakan untuk
daerah Kuala Lumpur. Arak-arakan itu kemudian berkembang menjadi
semacam demonstrasi kekuatan yang berbau provokatif oleh
penduduk Cina Kuala Lumpur terhadap penduduk Melayu dan
petugas-petugas keamanan. Sejumlah pemuda-pemuda Cina dengan
mengendarai motor mengitari Kuala Lumpur dan berteriak-teriak:
"Kuala Lumpur sekarang Cina punya! Mati Melayu! Sakai masuk
hutan!" Di hadapan petugas-petugas polisi yang memang terdiri
dari orang-orang Melayu mereka berteriak: "Kita sekarang raja,
buang polis Melayu!" Bahkan polisi-polisi yang bertugas di pos
Bukit Bintang konon telah diteriaki dengan makian-makian oleh
pemuda-pemuda Cina itu: "Mata-mata, lancau!". Beberapa penduduk
Melayu hari itu sempat menjadi korban orang-orang Cina yang
seakan-akan mabuk kemenangan.

; Ketegangan di hari Minggu itu ternyata mencapai puncaknya
keesokan harinya. Hampir 200 orang tewas Cina maupun Melayu -
dari ratusan pula jumlahnya yang luka-luka, sementara tak
terhitung jumlahnya kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan dan
kehancuran harta-benda. Peristiwa yang semula barangkali oleh
pencetusnya dimaksudkan sekadar sebagai "pesta kemenangan
politik" sehabis pemilihan umum, secara tak terelakkan telah
berubah menjadi tragedi yang amat berbau rasialis. Bukan
mustahil memang bahwa unsur-unsur komunis di kalangan penduduk
Cina -- yang semasa konfrontasi Indonesia memang memperlihatkan
kegiatan-kegiatan gelap yng menyulitkan pemerintah Tunku Abdul
Rahman telah memboncengi kejadian ini. Tapi ada atau tidak ada
yang menggoncengi pada tingkat itu Malaysia agaknya memang telah
matang untuk terjadinnya bentrokan rasial secara terbuka.

; Namun, apa yang barangkali tidak terfikirkan oleh golongan Cina
di sana waktu itu adalah bahwa tragedi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Serangan dari Dalam Buat Arafat
1994-05-14

Tugas berat yasser arafat, yang akan masuk daerah pendudukan beberapa hari ini, adalah meredam para…

C
Cinta Damai Onnalah-Ahuva
1994-05-14

Onallah, warga palestina, sepakat menikah dengan wanita yahudi onallah. peristiwa itu diprotes yahudi ortodoks yang…

M
Mandela dan Timnya
1994-05-14

Presiden afrika selatan, mandela, sudah membentuk kabinetnya. dari 27 menteri, 16 orang dari partainya, anc.…