Ratu-ratu Tak Kunjung Bosan

Edisi: 43/03 / Tanggal : 1973-12-29 / Halaman : 30 / Rubrik : ILS / Penulis :


MASYA Allah, satu tiket nonton paha sama dengan gaji pegawai
sebulan", tulis salah-satu poster dari Komite Anti Kemewahan.
Demonstrasi kecil yang berjajar di depan pintu Bali Room Hotel
Indonesia, telah menggugah hati penonton. Sedikit. Tapi sambil
mengingat the show toh must go on. Ketua Pelaksana Wim Tomasoa
cuma berkata: "Itu hak mereka". Lantas beberapa hari setelah
tanggal 7 Desember (hari dipilihnya Ratu Indonesia), Ketua Umum
Suryo Sumarno merasa perlu memberi jawaban terhadap
protes-protes. Bahwa tidak betul pemilihan Ratu memakai uang
rakyat, katanya. Bahwa kredit dari bank pemerintah adalah kredit
komersiil. Artinya pinjam uang dulu, dan begitu pendapatan
penjualan karcis yang Rp 12.500 seorang sudah di tangan, hutang
dibayar. Bahwa sponsor swasta untuk pemilihan ratu-ratuan,
seperti beberapa kali disebut, cukup banyak di Jakarta. Sehingga
tidak perlu mengeduk uang punya pemerintah.

; Penuh cukong. Tapi protes adu ayu kali ini memang sudah lebih
dari pro dan kontra semata-mata. Panitia tertabrak batu
penghalang yang cukup lumayan besarnya. Yaitu penyusutan jumlah
pengikut dari daerah. Kali ini cuma tujuh daerah yang mengirim
wakil: DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Dl Yogyakarta, Kalsel,
Bengkulu dan Jambi. Tapi karena dua yang terakhir pagi-pagi
telah menyatakan cuma sekedar "cari pengalaman" - bukan cari
kemenangan,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

N
NATAL DALAM GAMBAR
1991-12-28

Berbagai gambar karikatur natal untuk peristiwa di eropa, myanmar, kremlin, palestina, dilli, yugoslavia, dan penyakit…

M
MENGAPA WANITA SIMPANAN
1990-04-21

Emansipasi wanita mencatat banyak kemajuan ada sisi lain yang getir yaitu, kebebasan seks dan istri…

K
KETIKA TELEPON TIDAK BERDERING
1990-04-21

Hubungan seks bebas para peragawati menurut okky asokawati berdasarkan cinta dan tanpa tuntutan. tempo mengadakan…