Tergabung 1 Jam

Edisi: 47/03 / Tanggal : 1974-01-26 / Halaman : 16 / Rubrik : INT / Penulis :

DI lobby Ulysse Palace Hotel, para wartawan menanti dengan
gelisah. Mereka tidak percuma menghabiskan waktu sebab pertemuan
Presiden Gadhafi dan Habib Bourgiba kemudian berakhir dengan
lahirnya Republik Arab Islam sebagai hasil penggabungan Republik
Libya dan Republik Tunisia. Kejadian bersejarah itu terjadi di
pulau Jelha, Tunisia, pada hari keduabelas bulan Januari tahun
1974. Sorak sorai rakyat Libya menyambut berita radio dari
Tunisia, tapi sejumlah kecil penduduk Tunisia cuma yang
bergembira. "Ini keputusan terlalu terburu-buru", komentar
seorang tokoh politik Tunisia seangkatan Habib Bourgiba yang
berumur 70 tahun itu. Sambutan dingin dengan jelas terlihat dari
tetangga Tunisia. Meskipun tidak melalui juru bicara resmi, tapi
Aljazair menggunakan kantor beritanya untuk mengomentari
penyatuan tersebut dengan amat skeptis. "Bagaimana mungkin suatu
pertemuan sejam antara dua kepala negara bisa menghasilkan
keputusan sepenting itu", tulis kantor berita tersebut. Sedang
Maroko, yang hubungannya dengan Libya sangat buruk setelah
ketahuan bahwa Gadhafi berdiri di belakang musuh-musuh Raja
Hassan yang pernah merencanakan Kudeta, tidak pula memberikan
komentar menyenangkan.

; Jalan bertahap. Ketika menandatangani persetujuan penggabungan,
Libya sesungguhnya masih terikat erat dengan rencana
penggabungan dengan Mesir yang ditandatangani bersama oleh
Gadhafi dan Anwar Sadat pada tahun 1971. Tapi Gadhafi yang amat
bersemangat itu terlalu bernafsu untuk secepatnya bergabung,
suatu hal yang kurang berkenan di hati Sadat dan para pemimpin
Mesir lainnya yang telah tobat dengan kegagalan berbagai
penyatuan pada zaman Nasser. Rencal1a penyatuan penuh
Mesir-Libya yang seharusnya dicapai pada tanggal 1 September
1973 yang silam, oleh Sadat malahan diamandir melalui keputusan
tertanggal 28 Agustus, dalam mana di jelaskan tentang "penyatuan
yang…

Keywords: -

---

Foto Terkait