Memancing Pengabdian Dengan Festival

Edisi: 44/03 / Tanggal : 1974-01-05 / Halaman : 35 / Rubrik : TER / Penulis :


SUDAH beberapa kali diadakan lomba drama. Belum pernah jumlah
grup peserta melebihi angka 50. Tetapi sekarang malahan bukannya
50, bukan 75, bukan 100 -- tetapi 111". Itu kata Djajakusuma,
ketua Dewan Kesenian Jakarta, pada tanggal 13 September dulu. Di
hari pembukaan Festival, Drama Remaja se-DKI Jakarta yang meluap
di Teater Besar TIM itu tampak pula wajah bersemangat Wahyu
Sihombing -- orang yang rupanya telah bertekad meninggalkan
tanah Batak untuk menjadi tumbal drama di Jakarta. Separuh
kepada Gubernur Ali Sadikin, separuh kepada para pengikut
festival yang waktu itu banyak tak kebagian kursi, separuh lagi
barangkali kepada Apollo -- itu dewa anggur dan kesenian Yunani
yang menurut cerita banyak berjasa melahirkan apa yang disebut
drama -- ia menyatakan betapa pentingnya peristiwa itu. "Jumlah
111 di luar dugaan dan mengagetkan", katanya. "Entusiasme ini
membesarkan hati. Ribuan para remaja mencoba mempertarungkan
bakatnya melalui teater. Suatu potensi besar, tantangannya pun
besar!".

; "Saya sangat gembira dengan adanya kemajuan yang fantastis ini",
begitu kemudian ujar Ali Sadikin, yang terang-terangan mengaku
berambisi menjadikan Jakarta Pusat Kebudayaan Indonesia.
Mengenangkan keluh-kesah DKJ empat tahun yang lalu -- ketakutan
karena apresiasi masyarakat ibukota terhadap drama hampir luntur
samasekali -- Jenderal KKO yang total jenderal telah memimpin
pembuatan jalan sepanjang 400 km itu, berkata: "Dari 0 tahun
1966 menjadi 111 yang terdaftar saja, ini berarti sudah
dibangkitkan kembali. Bahwa rakyat ibukota memang senang dengan
seni drama". Lalu setelah menamakan jumlah itu bukan main, ia
hanya mengharapkan agar kemajuan itu jangan musim-musiman atau
latah. Bagaikan pendekar drama iapun menginginkan agar semuanya
dilakukan dengan kesadaran dan kecintaan. "Asalkan jangan nanti,
saudara membuat drama, saudara menjadi tukang catut, bandit atau
koruptor, akhirnya ini menjadi kebiasaan", sambungnya. Para
hadirin, termasuk dewa Apollo, hari itu grrrrrr.

; Gerbang Lantas Dibuka

; Kemudian sesudah itu terjadilah kerepotan di keempat penjuru
Gelanggang Remaja plus di tengah jantung Jakarta sendiri
--menyewa gedung Direktorat Kesenian (di Jakarta Pusat belum ada
Gelanggang Remaja). Abbas Basylin, orang panitia, sibuk menulis
angka-angka dan memburu dua puluh lima orang yang akan diangkat
sebagai juri. Dari Rp 40 juta uang pembinaan yang dijatuhkan
oleh DKI kepada DKJ, disisihkanlah Rp 1,25 juta untuk pembiayaan
festival yang kemudian dibagi dalam tahap penyisihan dan tahap
final itu. Awal-awal, kesulitan sudah membelalakkan mata --
karena di atas kertas biaya ternyata bukan dua puluh perak atau
duapuluh lima perak tujuh puluh lima sen, tapi Rp 1.695.500.
Dengan perincian Rp 945.500 untuk babak penyisihan bulan
September dan Rp 750. 000 untuk babak final buian Desember.
Berarti akan tekor hampir setengah juta rupiah. "Belum termasuk
biaya buku program dan hadiah-hadiah, yang tadinya direncanakan
berupa piala dan kemudian diputuskan berupa medali", kata Abas
pula.

; Tapi dasar kebiasaan seni, yang sering dinamakan sebagai proyek
rugi, ketekoran bisa ditutup dengan mengambil kan lagi dari uang
pembinaan. Maka di luar soal tekor-menekor angka…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

L
Logika Kartun sebagai Jembatan Komunikasi
1994-04-16

Mungkin teater kami merasa masalah dalam naskah jack hibberd ini asing bagi penonton indonesia, ditempuhlah…

P
Peluit dalam Gelap
1994-04-16

Penulis ionesco meninggal dua pekan lalu. orang yang anti kesewenang-wenangan kekuasaan, semangat yang menjiwai drama-dramanya.

S
Sebuah Hamlet yang Sederhana
1994-02-05

Untuk ketiga kalinya bengkel teater rendra menyuguhkan hamlet, yang menggelinding dengan para pemain yang pas-pasan,…