Berkat Pidato Tuan Pardo

Edisi: 17/04 / Tanggal : 1974-06-29 / Halaman : 05 / Rubrik : NAS / Penulis :


TIDAK seperti dua konperensi internasional sebelumnya (Den Haag
1930) dan Jenewa 1958 & 1960), yang bersitegang merundingkan
lebar laut teritorial suatu negara -- Konperensi PBB tentang
Hukum Laut ke tiga yang dibuka pekan lalu, cenderung untuk lebih
menekankan pada masalah lautan sebagai sumber kekayaan dunia
yang masih empuk (lihat: box). Di tahun 1958 orang bergegas saja
menetapkan dalam satu konvensi tentang luas landas kontinen yang
boleh didaulat suatu negara. "Delegasi ingin cepat selesai
supaya cepat pulang", komentar Mochtar Kusumaatmadja kepada
TEMPO, anggota delegasi Indonesia ke Konperensi Hukum Laut
Jenewa 1958 dan 1960. Sekarang, bukan saja karena batasan kabur
yang dihasilkan konvensi itu di mata negara tertentu menimbulkan
kepincangan, tapi desakan akan kebutuhan yang makin bertambah
akan bahan galian, telah membuat konperensi yang dihadiri 5000
orang dari 148 negara peserta ini menjadi teramat penting. Zen
Umar Purba dari TEMPO telah mengadakan wawancara khusus dengan
ahli hukum laut Indonesia di atas -- yang kini jadi Ketua
Delegasi Indonesia ke Caracas -- tanggal 1 Juni yang lalu, dan
berikut ini laporannya:

; Kalau tidak karena tuan Arvid Pardo, barangkali Konperensi Hukum
Laut ketiga yang dibuka pekan lalu, tidak akan ramai. Dutabesar
Malta di PBB itu talun…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?