Lenyapnya Sebuah Mitos
Edisi: 31/04 / Tanggal : 1974-10-05 / Halaman : 30 / Rubrik : TAR / Penulis : Putu Wijaya
KALAU soal hantu mitos itu ada dengan pertunjukan Martha Grham
ini, satu hantu lagi telah bisa disisihkan", komentar penari
Sardono sesudah pertunjukan Martha Graham usai dua minggu yang
lalu. Diterangkannya bahwa pernyataannya itu diumbar tidak
karena ia baru saja sukses di Eropa. Sama sekali juga bukan
perasaan takabur. Sardono nampaknya perlu mengucapkan ini,
sesudah nama Martha Graham sebelumnya didewa-dewakan oleh orang
yang sebagian besar belum pernah benar-benar melihat
pertunjukannya. Sardono merasakan betapa mukibat peranan nenek
Martha (80 tahun) yang telah mendobrak seni ballet romantik.
Martha Graham telah memberikan kemungkinan baru pada tubuh, dan
menemukan pola gerak dalam latihan yang sedemikian rupa, hingga
tubuh menjadi sumber yang sangat kaya akan kemungkinan visuil
dan selalu mengejutkan. Tetapi akibat pemberontakannya sendiri,
tahun-tahun telah berlalu dan meneruskan langkahnya, sehingga
tatkala penari kakap itu muncul dengan ciptaan-ciptaannya
Embattled Gard en (1958), Appalachian Spring (1944), Errand into
The Maze (1947), ia serasa tak dapat 'menutup lubang jarak
dengan para penonton. "Sulit untuk menebak, apa yang menyebabkan
Martha Graham memilih ciptaan-ciptaan tersebut untuk disuguhkan,
padahal ia masih mencipta terus pada periode-periode
selanjutnya", ujar Sardono. "Apakah karena ia melihat
nomor-nomor itulah yang dapat menampilkan peranannya dalam
sejarah tari, atau karena ia meleset memperkirakan tingkat
apresiasi penonton di sini?"
; Patung-patung Rodin
; Martha tak sempat ditanya, mengapa, karena ia telah duduk di
kursi sebagai ratu. Ia sedang menikmati masa lalunya,
menerangkan kembali peranan-peranannya sendiri, berbicara untuk
karya-karyanya itu dengan penjelasan-penjelasan yang bunyinya
kadangkala mengagumkan, sehingga hati orang Melayu ini jadi agak
curiga juga, apa memang ada kesedaran filosofis semacam itu
tatkala Martha menemukan aliran tarinya. Memang sesuai dengan
janjinya, ia hanya duduk di kursi dengan gaun malamnya yang
berwarna merah yang berkibar-kibar digosok angin, pada malam
pertama pementasan di teater terbuka TIM -- 17 September…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Diversions: Khas, Cerdas, dan Nakal
1994-02-05Sedang tumbuh di eropa grup-grup tari kelompok kecil. salah satunya yang datang di jakarta pekan…
Yang Terbebani dan Tak Terbebani Tradisi
1994-01-29Sembilan penata tari pemenang lomba tari dinas kebudayaan dki jakarta mementaskan karya masing-masing di tim.…
Baguru ka Alam Tradisi
1994-06-04Untuk ke sekian kalinya gumarang sakti diundang dalam festival internasional. tak salah pendekatan gusmiati pada…