Tiga Dari Yogya

Edisi: 39/04 / Tanggal : 1974-11-30 / Halaman : 31 / Rubrik : SR / Penulis :

SUBAGIO Sastrowardojo akhirnya memang menarik kesimpulan, bahwa
perkembangan seni modern Indonesia wajar-sepenuhnya; demikian
dalam eseinya Adakah Perkembangan Seni Modern Wajar? Tentu saja
kesimpulan tersebut kesimpulan umum; ia berhubungan dengan
pertanyaan-pertanyaan: bagaimana kalau seni lukis kita
terpengaruh Pollock, seni tari kita ternyata diilhami Martha
Graham, puisi kita ternyata dipengaruhi Baudqlaire atau
cerpen-cerpen Indonesia di `bawah bayangan Kafka.

; Bila kita melihat karya-karya lukis sekarang ini, terutama karya
yang muda-muda, untuk sementara kesadaran yang dikumandangkan
kala zaman Persagi "seniman harus bertolak dari jiwa mereka itu.
Misalnya kalau kita melihat pameran bertiga B. Munni Ardhi,
Nanik Mirna dan Harsono di Balai Budaya, 5-9 Nopember lalu.

; Pokoknya Anti Reklame

; Nanik, 23 tahun, dalam karya-karya '74-nya telah secara tidak
langsung menolak batasan bahwa seni lukis itu dua dimensi. Dalam
karya-karya tersebut bentuk telah meloncat dari dua dimensi
menjadi tiga dimensi. Lihat saja sebuah kotak berbentuk kubus
tertempel di dinding dengan mulutnya frontal menghadap kita.
Sementara tiap rusuk yang Menempel dinding berhiaskan gambar,
seorang perempuan berbikini, keempatnya hampir sama -- hanya
posisi tangan yang lain. Maka karya yang diberi' judul Struktur
Bentuk Dalam Simasi 74 itu keseluruhan komposisinya membentuk
salib. Dan kubus' sebagai pusatnya ternyata masih mempunyai satu
hal yang menarik: di dalamnya tergantung sebuah dasi - dasi
betulan, bukan main-main. Nah, mau apa anda. Tersenyum, berkerut
kening, menaikkan bahu atau marah, silakan: itu hak anda. Tapi
anda boleh jugaÿ20mereka-reka "cerita". Misalnya begini: wah ini
pelukisnya mau jual dasi sambilÿ20protes. Protes terhadap
karnalitas (sifat karnal, daging) dalam reklame-reklame sekarang
ini, reklame motor gambarnya perempuan buka baju, reklame obat
gosok gambarnya…

Keywords: -

---

Foto Terkait