Bencana Dan Bantuan Di Pulau Bunga
Edisi: 43/22 / Tanggal : 1992-12-26 / Halaman : 74 / Rubrik : NAS / Penulis : WMU
FLORES, dalam bahasa Portugal, berarti bunga. Tapi pelaut Vacso da Gama,
yang menemukan daratan itu empat abad yang lalu, menjuluki Flores sebagai
bunga yang indah.
; Setelah gempa dahsyat disusul badai tsunami menerjang pulau itu -- Sabtu dua
pekan lalu -- Flores barangkali lebih tepat disebut pulau yang sedang
menderita. Empat kabupaten di sana -- Sikka, Ngada, Ende, dan Flores Timur --
seakan berhenti berdetak.
; Menurut catatan posko penanggulangan bencana di daerah itu, sampai akhir
pekan lalu, korban yang tewas sudah lebih dari 2.400 orang. Gempa dan
gelombang tsunami itu mengakibatkan sekitar 18 ribu rumah hancur, 113 sekolah
porak-poranda, 211 kantor rusak berat, 120 tempat ibadah -- sebagian besar di
antaranya gereja -- tak lagi bisa dipakai, dan lima jalan utama lumpuh. Ini
bukan lagi kepalang tanggung. Menurut taksiran sementara, kerugian mencapai
Rp 200 milyar. Karena itu, ada yang bilang, kondisi kabupaten ini sekarang mundur
ke Pelita pertama. Inilah gempa bumi dengan korban terbesar sepanjang sejarah
republik ini.
; Maumere, jantung dan ibukota Kabupaten Sikka, menderita paling parah. Lebih
dari 10.000 rumah penduduk hancur. Kota ini berpenduduk sekitar 20.000 jiwa.
Denyut kegiatan ekonomi di sana sementara ini boleh dibilang mengalami koma,
kendati bukan berarti mati. Lihat saja, bagaimana pasar lama di dekat
pelabuhan hancur. Daerah pertokoan tinggal puing dan bangunan rontok. Kantor
BRI, rumah sakit, dan semua bangunan pemerintah lainnya rusak berat. Jalan
utama pecah-pecah, dan di beberapa bagian merekah. Pelabuhan pun harus
direhabilitasi berat. Dermaga sebelah timur amblas. Kegiatan pengiriman hasil
laut Flores, terutama ikan tuna dan cakalang, jelas terancam. Dua gudang
pendingin berkapasitas 100 ton di pelabuhan porak-poranda, menerbangkan 30 ton
ikan tuna beku yang siap dikirim.
; Untung, listrik yang padam di seluruh kota, sejak kota ini disergap bencana
itu, Rabu lalu sudah mulai menyala. Namun, jangan coba-coba mencari hotel di
Maumere. Hampir seluruhnya penuh. Isinya: wartawan atau pejabat dari Pusat.
Namun, seperti dilaporkan wartawan TEMPO Zed Abidien dari Maumere, "Saya
terpaksa bangun tiga kali di hotel karena gempa masih terasa menggetarkan.
Sepertinya lebih aman tidur di luar, di tenda-tenda penduduk." Menurut
catatan Stasiun Meteorologi dan Geofisika setempat, gempa susulan masih
datang, sekalipun goyangnya tak lagi kuat. Sementara gempa yang meremukkan itu
berkekuatan 6,8 skala Richter, susulannya paling berkekuatan 3 skala Richter.
; Maka, Maumere memang menjelma menjadi kota tenda. Penduduk masih takut
bermalam di dalam rumah…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?