Laut Kita, Dll Dikotori ; Dan Bisul Pecah Di Selat Malaka
Edisi: 47/04 / Tanggal : 1975-01-25 / Halaman : 05 / Rubrik : NAS / Penulis :
SHOWA MARU, raksasa minyak Jepang yang sempat pingsan 10 hari
lamanya dekat Karang Kerbau, akhirnya berhasil diapungkan
kembali Itupun setelah sebagian isi lambungnya dikuras lebih
dulu oleh tanker Zaria kepunyaan Shell di Singapura. Kini,
supertanker yang punya bobot mati 237 ribu ton itu nongkrong di
dermaga pulau Sambu -- di mana maskapai minyak Shell punya
pabrik penyulingan pula. Bagi awak kapalnya yang berjumlah 29
orang, inilah kesempatan seluas-luasnya berpiknik ke pulau
Sentosa di wilayah Singapura, atau berperahu keliling
pulau-pulau Riau di wilayah Indonesia. Atau ada kemungkinan
pula, mereka harus segera pulang ke Jepang, pindah ke tanker
lain. Sebab menanti sembuhnya luka sebesar 5 x 165 meter di
dasar kapal akibat benturan karang yang dikalangan pelayaran
dikenal dengan nama sandi obstruction 10 Vadem, itu, tentunya
nasih akan makan waktu lama. Paling tidak, supertanker hasil
karya industri perkapalan Jepang IHI yang sudah kesohor di
dunia itu harus naik dok dulu di Singapura -- kalau tidak
dipreteli onderdilnya untuk dicor kembali dalam tanur-tanur baja
di Jepang. Bagi armada niaga Jepang yang berkekuatan 35 juta ton
bobot mati, kandasnya Showa Maru ini merupakan satu pil pahit
lagi setelah diledakkannya Yuyo Maru di Jepang akhir tahun
silam. Sekaligus satu langkah maju bagi annada niaga Liberia,
yang kapasitasnya masih nomor satu di dunia non-Komunis. Dan
seolah-olah kerugian insiden Senin pagi yang naas itu belum
cukup, peristiwa Showa Maru segera diikuti dengan tabrakan 2
tanker Jepang Liberia di luar pelabuhan Singapura.
; Main Sabun
; Di balik heboh epilog Showa Maru itu, beradunya tanker Isugawa
Mam dan Silver Palace itu hampir tidak mendapat sorotan pers
dunia. Namun kalau toh terjadi percikan minyak kotor akibat
"ciuman tanker" itu, tambahan kotoran laut itu tidak berarti
banyak, dibandingkan 1 juta gallon minyak yang kini masih
menggenangi Selat Malaka serta perairan kepulauan Riau.
Meskipun sudah menjanjikan ganti-rugi 40 juta dollar AS bagi
rusaknya wilayal perikanan Indonesia & Malaysia, Jepang masih
sedang mengusahakan bantuan lain. Atas permintaan Deparlu Jepang
; yang didukung oleh Deparlu ke-negara ASEAN di muara Selat
Malaka ini, dari Washington telah diberangkatkan satu regu
Pengawal Pantai AS, lengkap dengan pompa-pompa penyedot
minyaknya. Pasukan anti polusi Amerika yang sudah terlatih
menghalau genangan minyak di perairan pantai Barat California
itu, kabarnya akan membantu penyedotan minyak Showa Maru yang
masil tersisa di sini. Pompa-pompa penyedot minyak Amerika itu
besar artinya bagi Indonesia & Malaysia. Sebabnya, karena minyak
yang sejak Rabu 8 Januari sudah "terusir" keluar perairan
Singapura, kini semakin mengotori Selat Malaka & perairan Riau.
Belum lagi akibat cairan sabun detergent) Singapura bekas
pencuci kotoran minyak di perairan republik kota itu, yang sudah
terbawa arus memasuki perairan Indonesia & Malaysla.
; Meskipun heroperasinya kapal-kapal tunda Singapura menyabuni
muara Selat Malaka yang tercemar minyak adalah seizin pemerintah
RI, tindakan itu tak urung mendapat kecaman ahli-ahli laut &
ekologi Indonesia. Menurut direktur Lembaga Oceanografi Nasional
(LON) Dr Aprilani Sugiarto, "detergent itu dapat membunuh
biota-biota tropis dan biota-biota niaga di Selat Malaka".
Indonesia sendiri kabarnya sudah menolak penggunaan bahan-bahan
kimia sejenis itu untuk mencuci laut yang tercemar minyak karena
racunnya yang lebih berbahaya dari pada minyak itu sendiri. Hal
itu juga dibenarkan oleh kepala Lembaga Penelitian Laut, M.
Unar, yang turut dalam regu staf Menteri Riset yang datang ke
pulau Batam. "Perairan Selat Malaka adalah perairan tropis yang
dangkal, subur dan sangat produktif", katanya pada Martin Aleida
dari TEMPO. Bertolak dari akibat-akibat penggunaan detergent
untuk membersihkan 850.000 barrel minyak mentah dari supertanker
Torrey Canyon yang tertumpah di perairan Inggeris, Unar
mengingatkan akan bencana yang lebih dahsyat dari pada
membiarkan minyak itu hilang sendiri. Kendati demikian,
membiarkan minyak itu bercengkerama di muka samudera tetap juga
berbahaya. Apalagi di Selat Malaka. Sebab dalam periode
tertentu, arus di permukaan laut bisa berubah karena desakan
arus Laut Andaman. Jika perputaran itu terjadi, tercampurlah
minyak & air laut dengan hebatnya, yang dapat merusak kehidupan
ikan, plankton dan tumbuhan-tumbuhan laut lainnya. Hal itu bisa
terjadi, karena minyak mentah dengan susunan kimianya yang
kompleks dapat mencemari kesuburan lumpur di dasar Selat, "yang
begitu subur sehingga kita kewalahan memasarkan hasil
kerang-kerangan yang dapat diambil dari sana, tutur ahli ikan &
laut itu. Seperti beberapa ahli lainnya, Unar beranggapan bahwa
tindakan Singapura menyabuni Selat Malaka hanalah "gincu…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?