Membeli Petis Surabaya

Edisi: 12/05 / Tanggal : 1975-05-24 / Halaman : 37 / Rubrik : OR / Penulis :

IA pernah memutuskan niat untuk bertani sepulangnya dari
Olympic, Muenchen. Tekad itu dituangkannya bukan lantaran ia
gagal meraih medali dalam pesta olahraga dunia tersebut, tapi
karena nasibnya yang selalu dikecewakan oleh pembina-pembina
olahraga di Maluku. "Sebetulnya saya masih ingin bertinju atas
nama Maluku. Tapi, ya karena nasib saya kurang diperhatikan di
sana, akhirnya saya putuskan untuk pindah ke Jakarta guna masa
depan saya". Itulah Wiem Gommies, 29 tahun, pemegang medali emas
Kejuaraan Tinju Asia V 1971, Teheran.

; Hijrahnya Wiem Gommies ke Jakarta bukanlah sikap protes yang
pertama kali diperlihatkannya pada tokoh-tokoh olahraga Maluku.
Ia pernah menyatakan keberatan untuk ikut dalam Kejuaraan Tinju
Amatir 1974 di Semarang. Alasan Wiem: dirinya sangat sibuk
sekali. Tapi menurut cerita dari Ambon, penolakan Wiem Gommies
itu dikarenakan sistim pelatnas yang tak apik. "Semua pakaian
dan peralatan yang saya terima untuk Kejuaraan Nasional itu
langsung saya berikan pada Dick (maksudnya: Dick Sahetapy),
pengganti saya", tambah Wiem.

; Menggabungkan diri dengan sasana Maluku sejak Januari lalu, Wiem
yang absen selepas PON VIII 1973, muncul kembali di atas ring,
Kamis, 8 Mei malam di Gelanggang Remaja Jakarta Timur.
Berhadapan dengan petinju Kelas Menengah, Piron Patay dari
sasana Riva Kencana, yang tinggal pada Wiem adalah sisa-sisa
kebolehan masa lampau. Ia sudah kehilangan kecepatan, meski
tetap berdiri kukuh melayani lawan. "Dalam soal teknik, saya
akui kecepatan saya agak menurun", tutur Wiem sembari membuka
pundi alasan:…

Keywords: -

---

Foto Terkait