Bisakah Tuti Menggantikan Minarni
Edisi: 13/05 / Tanggal : 1975-05-31 / Halaman : 46 / Rubrik : OR / Penulis :
NAMANYA Tuti. Ketika tersisih dari Pusat Latihan Nasional
Piala Uber 1972 dengan dalih "soal mental" ia pernah berniat
untuk menggantung raket selamanya. Niat itu dicanangkannya bukan
lantaran ia membenci permainan bulutangkis, tapi karena nasibnya
yang selalu dikecewakan oleh pembina-pembina PBSI. Dengan mata
sayu ditatapnya rekan-rekannya di wisma Jalan Polo Air
satu-persatu, seolah minta pamit untuk tidak akan kembali lagi.
; Ia memang tidak menginjak lagi flat di mana kehidupan pahitnya
terpateri. Tapi bukan pula berarti Tuti telah meninggalkan
dunianya. Tak lama berselang, sekembalinya ia ke Yogya, puteri
pensiunan tentara ini mulai mengayun raket kembali pengisi waktu
senggangnya lepas sekolah. Meski terbatas dengan latihan 2 x
seminggu, kebolehan Tuti ternyata belum pupus sama sekali. Ia
berhasil membendung laju lawan-lawannya dalam turnamen Piala
Munadi 1973 di Semarang dengan permainan yang meyakinkan.
Padahal menjelang final kejuaraan, dirinya sedang ditimpa
puncak musibah. Ibunya meninggal dunia di Yogya. Dan Tuti hanya
sempat menjenguk jenazah yang akan berangkat ke kubur. Sebab ia
harus pulang lagi ke Semarang untuk- mempertahankan Piala Munadi
yang diboyongnya tahun sebelumnya.
; Semula orang menyangka kemalangan itu akan membuat Tuti gagal
mem perpanjang gelar juara. Perkiraan itu didasari atas dalih
pencoretan PBSI yang diembel-embeli: sikap mental Widyastuti
yang tak stabil. Ternyata anggapan umum itu adalah sangkaan
keliru belaka. Tuti berhasil meraih kemenangan dalam dukacitanya
yang dalam. Dan sekaligus ia membuktikan diri bahwa faktor
kejiwaanya yang selama ini, diragukan oleh pembina PBSI adalah
sangkaan yang kurang berdasar sama sekali.
; Sadar
; Menyadari kekeliruan yang telah diperbuat, PBSI memanggil Tuti
kembali untuk memperkuat barisan pemain puteri Indonesia dalam
World Invitation Badminton Championships 1973. Sekalipun ia tak
sempat memperlihatkan ketrampilannya dalam WIBC karena invitasi
ini dibatalkan oleh International Badminton Federation. Tapi
sejak itu Tuti telah memberi arti tersendiri bagi PBSI.
; Terpilih bersama Tati Sumirah, Sri Wiyanti, Imelda, Regina Masli
dan nyonya Minarni mewakili Indonesia ke gelanggang bulutangkis
Asian Games VII, Teheran, bintang Widyastuti tampak kian
menanjak. Bertindak sebagai kapten regu, ia berhasil mengantar
teamnya ke final. Meski akhirnya regu itu tersandung di tangan
Liu Hsiao Chen cs, tapi perjumpaan pertama dengan pemain-pemain
RRT itu kelihatan tak begitu mengecewakan. Kelemahan di partai
tunggal diimbangi oleh anak-anak Indonesia dengan kebolehan
bermain ganda.
; Tanpa mengecilkan saham puteri-puteri lain dalam berbagi angka
kemenangan dengan team RRT itu, andil yang diberikan Tuti cukup
menentukan. Berpasangan dengan Imelda - selain memberi arti
nyata dalam merenggut medali perak untuk nomor beregu - mereka
masih menyumbang sebuah medali perunggu dari partai ganda nomor
kejuaraan perorangan.
; Usai pesta olahraga Asia itu, debut lain dari Widyastuti/Imelda
adalah ketika mereka muncul secara tak terduga di final All
England, Maret lalu. Walaupun mereka dikalahkan oleh pasangan
Jepang, Aizawa/Takenaka…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Hidup Ayrton Senna dari Sirkuit ke Sirkuit
1994-05-14Tanda-tanda maut akan mencabut nyawanya kelihatan sejak di lap pertama. kematian senna di san marino,…
Mengkaji Kans Tim Tamu
1994-05-14Denmark solid tapi mengaku kehilangan satu bagian yang kuat. malaysia membawa pemain baru. kans korea…
Kurniawan di Simpang Jalan
1994-05-14Ia bermaksud kuliah dan hidup dari bola. "saya ingin bermain di klub eropa," kata pemain…