Sebuah Jurnal Perjalanan ; Ikhtisar Sebuah "perjalanan Politik

Edisi: 20/05 / Tanggal : 1975-07-19 / Halaman : 08 / Rubrik : NAS / Penulis :


Dalam kunjungan Presiden Soeharto ke Iran, Yugoslavia, Kanada,
AS dan Jepang sam pai Minggu lalu, telah diajak serta sejumlah
wartawan. Goenawan Muhamad dari TEMPO adalah salah satu di
antaranya. Berikut ini laporannya.

; DI ketinggian 30.000 kaki, dalam pesawat pancar gas - ini,
gamelan Jawa diperdengarkan. Hidangan disajikan, antra lain ikan
lele diasap dan lalap petai. Inilah pertama kali dalam hidup
saya makan petai di atas awan musim panas, dan ikan lele dalam
satu penerbangan internasional.

; Tapi DC-9 "Siliwangi" milik Garuda, yang dikendalikan dengan
amat mahir oleh Kapten Lautan Siregar dalam penerbangan
antar-negara ini memang disiapkan untuk sesuatu yang istimewa
tanpa kelihatan berlebihan. Presiden Soeharto, Ibu Tien, Menteri
Adam Malik & nyonya, Menteri Widjojo dan Menteri Sudharmono
serta sejumlah pejabat tinggi berada di pesawat ini. Nampaknya
yang ingin diciptakan "Siliwangi" bukanlah kementerengan, tapi
suasana di rumah. Direktur PN Garuda, Wiweko Supomo, yang ikut
terus menerus selama penerbangan Jakarta-Tehran - Pula - Otawa -
Toronto - Washington - Tokyo Jakarta ini tentu tak ingin
mengecewakan tamunya ....

; Dan ketika pesawat mendarat dengan nyaris tak bergetar di
landasan Tehran mungkin satu-satunya yang mengecewakan cuma
cuaca. Musim panas mendadak menyambut Presiden dan rombongan
dengan suhu 40øC. Seperti tegak (berpakaian jas) di depan tungku
rasanya dipanggang matahari. "Kemarin-kemarin tak sepanas
seperti ini", kata seorang nyonya diplomat Indonesia. Hanya
udara kering. Peluh dengan cepat dihisap oleh mekanisme iklim.
Tapi bibir terasa retak dan dari hidung bisa saja keluar darah.

; Tehran, coklat kelabu oleh debu dan lingkungan yang gersang,
dikelilingi pegunungan Damavand yang muram, membuktikan diri
sebagai Tehran, "tempat yang panas" menurut bahasa Persia lama.

; Istana Golestan

; Tapi dengan grandeur seorang Raja, di-Raja, Shah Iran menyambut
tamunya. Selain karpet merah, tembakan meriam, lagu kebangsaan,
Shah mengerahkan pasukannya sepanjang jalan dari bandar udara
sampai ke gerbang kota suatu wilayah luas yang telah dikosongkan
dari kesibukan lain sama sekali. Dalam pakaian berat di panas
semacam itu, deretan pasukan itu lebih mirip dekorasi dan bukan
penjaga Keamanan - meskipun penjagaan teramat ketat, dengan
sejumlah orang berpakaian preman siap memeriksa apa saja. Dari
tas sampai dengan kamera. Kepada Presiden dan Ibu Negara
disediakan Istana Golestan untuk menginap. Dari luar bangunan di
Medan Ark yang masyhur itu tampak sederhana karena tua. Tapi di
istana yang dibangun di abad ke-19 inilah--tempat kediaman resmi
dinasti Qayar--tersimpan singgasana Merak dan singgasana Naderi
yang bertahtakan intan permata.

; Tapi apakah yang hendak diperoleh orang-orang Indonesia kali ini
di Iran? Rasa pesona oleh sejarah?

; Memang, bagi pengunjung sinat, Iran adalah tempat di mana
riwayat-riwayat kebesaran dipertunjukkan. Jarak waktu yang amat
panjang seakan-akan bisa dipertautkan kembali dalam satu
pengertian. Pengertian itu adalah "peradaban besar"--suatu
istilah yang sering disebut Shah Iran kini. Lihatlah Monumen
Shahyad. Ia menjulang artisjtik menyambut siapa saja yang
memsuki Tehran dati lapangan terbang. Di bawah monumen ini,
tersimpan sebuah museum, yang tidak besar, tapi dibangun dengan
sofistikasi yang tak terduga-duga. Bergerak di atas…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?