Di Sela-sela Tepuk Tangan Untuk Rendra

Edisi: 25/05 / Tanggal : 1975-08-23 / Halaman : 48 / Rubrik : TER / Penulis :


TIDAK bolehkah seni dipakai untuk "menyuarakan aspirasi rakyat.
Pertanyaan ini bisa muncul bila orang menyaksikan karya-karya
yang punya tendensi seperti itu. Kasus terkhir adalah
pementasan Rendra Kisah Perjuangan Suku Naga, di panggung
Teater Terbuka Taman Ismail Marzuki pada akhir Juli yang lalu.
Pertanyaan seperti itu bahkan bisa diajukan dengan lebih
tergopoh-gopoh bila orang menyangka, seakan-akan dunia kesenian
kita belakangan ini lagi dikejar-kejar oleh "aliran": "semakin
jauh dari kehidupan nyata, semakin tinggi mutu seni "seperti
misalnya dituduhkan redaktur kompas Alfons Taryadi.

; Dalam kenyataannya, masalah yang dihadapi kesenian kita bukanlah
masalah "aliran-aliran". Melewati pengalaman bersama pada sekian
dasawarsa yang pahit, maka pedoman-pedoman semacam 'Seni untuk
Rakyat', 'Seni untuk Seni', 'Seni untuk Da'wah', dan lainlain,
tidak pernah bicara apa-apa tentang kwalitas karya itu sendiri.
Dan kwalitas selamanya ditentukan oleh 'indah' dan 'tidak
indah', betapapun kunonya kata ini. Bahkan teater yang paling
sarat dengan protes, atau sebaliknya teater yang menolak
kehadiran tema atau "pesan", atau teater yang sengaja
menjajakan keagungan fikiran semuanya harus diterima
kemungkinannya untuk menjadi 'indah' dan 'tidak indah'.

; "Teater protes" sendiri bukanlah barang asing di tengah kita.
Gubahan-gubahan Arifin C. Noer misalnya (Mega Mega, Kapai
Kapai, Tengul, Madekur dan Tarkeni), juga sandiwara lonesco
macbett yang dimainkannya beberapa waktu yang lalu, adalah
contoh yang pada umumnya dipuji. Dari Rendra sendiri, Kisah
Perjuangan Suku Naga merupakan "teater protes"nya yang
terpenting di samping Mastodon Dan Bung Kondor, sebuah karya
tidak penting berjudul Dunia Azwar (1971) serta jangan lupa
Lysistrata (dipentaskan di TIM bulan Mei yang lalu). Pada 1968,
begitu Taman Ismail Marzuki dibuka, pada waktu itulah "teater
protes" kelihatan untuk pertama kali dalam periode mutakhir
teater Indonesia. Arifin C Noer pada acara Festival Drama Tiga
Kota itu mementaskan lakon karangannya sendiri Mega, Mega -
sementara Rendra yang tampil pada kesempatan yang sama justru
masih sibuk dengan nomor-nomor mini katanya yang "absurd". Ini
sekaligus merupakan kenyata.ln yang membantah persangkaan bahwa
Rendra juga pelopor dalam soal protes-memprotes -- dan bahwa
para seniman lain itu selamanya "ketingalan jauh", seperti
misalnya disangka Th. Sumarthana lihat Kolom). Meskipun
sebenarnya, protes atau tidak protes bukan soal bila sebuah
karya ditinjau dari mutunya. Antara lakon-lakon protes itupun
satu sama lain bisa dibedakan kuat-lemahnya. Ambillah misalnya
untuk karya-karya Rendra: Mastodon Dan Burung Kondor,
Lysistrata dan Kisah Perjuangan Suku Naga.

; Olok-olok Yang Bulat

; Hal pertama yang harus dinyatakan adalah persamaan ketiga karya
tersebut dalam bentuk pengucapan - yang tidak hanya berarti
keterampilan sang seniman, melainkan juga cara pendekatan yang
menentukan mutu. Ketiga pementasan tersebut memakai bentuk
karikatur -- secara utuh-pada Lysistrata, sementara pada
Mastodon kurang dari separoh dan pada Suku Naga karikatur itu
terasa menonjol.

; Barangkali disetujui, bahwa sebuah karikatur hampir selamanya
mewakili posisi yang lebih tinggi dalam berhadapan dengan obyek
yang dikarikaturkan. Pada Lysistrata misalnya, kesan kuat yang
muncul dari sandiwara Aristophanes itu ialah: betapa konyolnya
perang dan betapa tepatnya ia dijadikan obyek olok-olok.
Aristophanes melukiskan persiapan baku-hantam Sparta dan Athena
(yang tentu saja diatur oleh kaum laki-laki) yang kemudian
digagalkan oleh kaum wanita dari kedua belah fihak - dengan
senjata yang memang "bukan main ampuhnya":…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

L
Logika Kartun sebagai Jembatan Komunikasi
1994-04-16

Mungkin teater kami merasa masalah dalam naskah jack hibberd ini asing bagi penonton indonesia, ditempuhlah…

P
Peluit dalam Gelap
1994-04-16

Penulis ionesco meninggal dua pekan lalu. orang yang anti kesewenang-wenangan kekuasaan, semangat yang menjiwai drama-dramanya.

S
Sebuah Hamlet yang Sederhana
1994-02-05

Untuk ketiga kalinya bengkel teater rendra menyuguhkan hamlet, yang menggelinding dengan para pemain yang pas-pasan,…