Bapaknya Gambus, Anaknya Rock

Edisi: 30/05 / Tanggal : 1975-09-27 / Halaman : 50 / Rubrik : MS / Penulis :


DI atas pentas, tubuhnya yang nampak tipis sering dibalut
pakaian yang agak aneh. Kadang-kadang hanya memakai singlet atau
rompi, sepatu bot se tinggi lutut, atau semacam mantel hitam
seperti punya Zorro. Mik yang dipegang pada gagangnya sering
diangkat-angkat, dihunjam-hunjamkan. Kalang-kadang diputar-putar
di atas kepalanya, seperti atlit pelempar martil. Namun sambutan
penonton pada setiap pertunjukan God Bless yang selalu melimpah
itu tidak melulu karena dandanan atau ulah Achmad Albar semacam
itu. Tampil pertama kali di TIM bulan Mei 1973, bukan saja mampu
menyisihkan The Young Cypsi dan One Dee And LadJ Faces--dua
grup yang mendampinginya malam itu tapi sekaligus juga berhasil
membaptiskan diri sebagai grup pop yang unggul membawakan musik
rock.

; Suksesnya yang pertama disusul dengan sambutan meriah pada
setiap penampilan berikutnya. Di Teater Terbuka TIM, di pesta
terbuka Summer 28 Ragunan. Bahkan dalam pesta terbuka Kemarau 75
di lapangan Gedung Sate Bandung akhir Agustus kemarin, God Bless
sekali lagi membuktikan dirinya sebagai grup yang paling
berhasil dibanding ke-11 peserta lainnya. Di hadapan penonton
yang ngamuk Achmad Albar yang muncul hampir pada buntut acara,
berhasil menghentikan hujan sandal dan batu. Ratusan ribu remaja
itu bahkan berteriak "terus....lagi....lagi....".

; Tanya: Anda selalu memainkan musik rock. Padahal anda lahir dari
keluarga pemain gambus. Ayah anda, Syech Albar, adalah tokoh
gambus yang pernah populer. Kenapa anda tidak bermain gambus
pula?

; Jawab: Ketika ayah meninggal saya belum tiga tahun. Saya tidak
mengenal almarhum secara langsung. Lagi pula sejak itu musik
gambus jarang diputar lagi di rumah. Sehingga hampir tak ada
pengaruhnya pada jiwa saya. Tapi saya bangga, ayah saya orang
yang terkenal. Dan sekarang saya ingin juga sepopuler dia.

; T: Anda tahu bahwa musik rock belum banyak peminatnya kecuali
kaum remaja. Itu pun jumlahnya terbatas. Kenapa anda ingin
bertahan dengan musik jenis itu? Kenapa misalnya tidak nerekam
lagu-lagu dangdut yang komersil, seperti yang kebanyakan
dilakukan oleh grup-grup lain?

; J: Saya tahu musik rock kurang komersil. Tapi bagi Saya main
musik bukan untuk cari uang melulu.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Skandal Bapindo dalam Irama Jazz
1994-05-14

Harry roesli dan kelompoknya mengetengahkan empat komponis muda, dan kembali menggarap masalah sosial. dihadirkan juga…

N
Ngeng atau Sebuah Renungan Sosial
1994-05-21

Djaduk ferianto, yang banyak membuat ilustrasi musik untuk film, mementaskan karya terbarunya. sebuah perpaduan musik…

A
Aida di Podium yang Sumpek
1994-05-21

Inilah karya kolosal giuseppe verdi. tapi london opera concert company membawakannya hanya dengan enam penyanyi,…