Selamat Jalan, Gudel

Edisi: 32/05 / Tanggal : 1975-10-11 / Halaman : 43 / Rubrik : HB / Penulis :

DI Wisma Seni Jakarta, di kompleks Taman Ismail Maruki belum
lama berselang, Johny Gudel mengelus sebuah skuter. "Berapa
harganya ini? Saya mau beli dua!". Hanya memakai kaos dan kain
batik ia naik ke sadel dan mencoba membayangkan dirinya meluncur
di sekitar THR Surabaya, dengan muka yang menimbulkan hiba. Tak
lama ia menikmati mimpinya, dengan muka memberat ia turun
kembali. Tiba-tiba saja ia memukul sadel itu. "Kalau belum
keluar dari Srimulat tidak bisa beli ini!". Miriam, alias Karjo
yang kebetulan menyaksikan peristiwa itu - yang terbilang pernah
merat dari Srimulat beberapa lamanya mengikuti grup sandiwara
Lokakarya--tersenyum simpul.

; Tak berapa lama kemudian dari Surabaya meluncur berita adanya
pertemuan fihak Srimulat dan Walikota. Desas-desus di kalangan
dunia badutan semakin santer akan niat Gudel menghabisi masa
dinasnya di Srimulat. Dikabarkan Walikota berkenan menyatakan
bahwa Srimulat kebanggaan kota buaya, serta mengharapkan
kerukunan bisa tercapai sebagaimana sediakala. Pada waktu itu
kelihatan masing-masing fihak mencoba memahami kedudukan mereka
sebuah kebanggaan kota. Ibu kota Jakarta yang selalu berhasil
dikucek oleh rombongan badut itu untuk sementara mendapat kabar
bahwa gencatan senjata telah tercapai. Masalah kesejahteraan
hidup yang disangka menjadi biangnya, dijanjikan akan ditinjau.
Lalu Teguh, sebagai pimpinan Srimulat, terasa kembali dapat
menjaga keutuhan warisan Bu Sri yang syahdan terkenal sangat
sederhana pribadinya itu.

; Kritik Pedas

; Tak tersangka Senin malam 22 September yang lalu, Gudel alias
Parto Kempul alias Moejio memasukkan barng-barangnya ke kopor.
Bersama kelarganya ia angkat kaki dari Surabaya menuju
Rotowijayan, Yogya, kampung halamannya, di mana Atmonadi kakak
kandungnya tinggal. Ini sebuah berita kecil dibanding percobaan
membunuh…

Keywords: -

---

Foto Terkait