Tak Seorang Berniat Pulang, Tidur
Edisi: 36/05 / Tanggal : 1975-11-08 / Halaman : 04 / Rubrik : NAS / Penulis :
HAWA sangat dingin menyusup tulang. Diselubungi gelap gulita,
saya dudu dalam sebuah kereta api amunisi yang menembus malam
menuju ke Wonokromo.... ajar mulai menyingsing. Sepur terus
menderu dalam gerimis. Muka prajurit-prajurit duduk di dekat
saya yang menjadi pengantar dinamit untuk pahlawan-pahlawan
Surabaya pucat lesi kelihatannya. Barangkali kurang tidur...
Malam hari di dekat garis pertempuran. Mortir dari laut
bergegar di atas kepala.. Langit merah warnanya. Bulan purnama
raya, tulis reporter Rosihan Anwar dalam Harian Merdeka, 1945.
; Dan subuh pagi itu, Sabtu 10 Nopember 1945, Surabaya hanya
tampaknya saja masih lelap. Namun ketegangan sudah mencekam
beberapa hari sebelumnya. Meja, kursi, lemari, ambin, bangku
panjang, batang-batang pohon, apa saja -- melintang di jalanan.
Di setiap sudut kota berpasan-pasang mata siap dengan keris,
senapan, bambu runcing, geranat, golok, pistol, pedang, karabin,
tombak, sumpitan, panah berbisa. Juga beberapa tank dan meriam
rampasan. Di setiap pintu orang menyediakan nasi bungkus, pisang
goreng, ubi rebus, teh, kopi. Tak seorang berniat tidur.
; Beberapa menit kemudian, tepat jam 6, gemuruh kapal terbang
mulai terdengar dari arah utara. Sengaja terbang rendah
menjatuhkan puluhan bom, disertai dentuman meriam dari
kapal-kapal besar di Tanjung Perak. Surabaya…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?