"inggris, Jangan Mendarat!"
Edisi: 36/05 / Tanggal : 1975-11-08 / Halaman : 05 / Rubrik : NAS / Penulis :
RAKYAT Surabaya, dipelopori oleh Badan Keamanan Rakyat,
pimpinan Dr. Mustopo bekas Daidanco Gresik, berhasil melucuti
Jepang. Gedung-gedung dan mobil-mobil ditulisi "Milik RI".
"Senjata-senjata Pun kita bagikan begitu saja. Anak belasan
tahun membawa senjata. Panser dan tank-tank pun menderu-deru
keluar masuk kampung dikendarai oleh supir-supir mobil atau
truk", tutur Prof. Dr. Mustopo mingu lalu di rumahnya jalan
Juanda Bandung. Dan sesungguhnya Surabaya mulai demam sejak
insiden bendera di hotel Yamato lihat: Bendera Itu Tak Boleh Di
sana lagi).
Apalagi setelah Bung Tomo membentuk Barisan Pemberontakan
Rakyat (BPRI) pada tangal 12 Oktober, dan sehari kemudian
mendirikan Radio Pemberontakan. Berkumandang dari jalan Mawar
sesudah mahrib dalam berbagai bahasa (juga bahasa-bahasa
daerah) radio itu hanya bermodalkan alat-alat sederhana milik
teknisi Hasan Basri ditambah sedikit peralatan Domei dan "hasil
curian" Arie Rahman. Berkat radio itulah pasukan-pasukan yang
semula sama sekali tak terkoordinir merasa punya ikatan. BKR,
Polisi Istimewa, lasykar-lasykar rakyat, BPRI Pemuda Republik
Indonesia, organisasi-organisasi pemuda lainnya, ulama,
Santri-santri, tukang becak, kusir delman, para pedagang,
pemuda-pemuda kampung yang berani mati.
Meski tidak sehebat Radio Pemberontakan, Dr. Mustopo pun
memiliki pemancar sendiri. Maka ketika Brigade Infantri 49
pimpinan Brigjen AWS Mallaby mendarat di Perak, Mustopo
berteriak-teriak: "Nica, Nica, Nica, jangan mendarat. Ingeris,
jangan mendarat, kamu tahu aturan. Inggeris, kamu pintar, sudah
sekolah tinggi. Kamu tahu aturan, jangan mendarat. Nica, Nica,
Nica.. "
Dokter gigi ini membedakan antara Ingeris dan Nica. Nica
membonceng tentara Sekutu untuk kembali menjajah kita. Maka
tulis Ktut Tantri:
Bagaimana cara mereka menyelundup? Dengan mencat mukanya menjadi
coklat, sehinga terlihat seperti India atau orang Nepal hal
ini diketahui setelah tiga orang prajurit yang disangka Gurkha
telah tertangkap. Dan panas terik menyebabkan cat mukanya
meleleh. Orang Indonesia heran melihat salah seorang dari
tawanan itu orang kulit putih yang bermuka hitam.
Dr. Mutopo tentu saja sekarang tidak lagi berpakaian seragam
hitam-hitam. Aktif di bidang pendidikan, bapak dari 9 anak ini
selalu necis. Rambutnya dicukur pendek, tidak lagi gondrong.
Selalu berdasi, sebagai ganti "perhiasan" yang ia pakai 30 tahun
lalu: 2 selempang peluru di bahu, 2 granat 2 pistol di
pinggang, 2 belati tergantung di paha, sepucuk karaben siap
memberondong. Inilah seragam "jenderal lokal ekstremis" yang
pernah mengaku sebagai Menteri Pertahanan ad interim ketika
menghadapi Inggeris di Surabaya (menurut Brigjen Drs Nugroho
Notosusanto Ka Pasjarah ABRI, Menteri Keamanan Rakyat yang resmi
diangkat Presiden waktu itu adalah Sulyoadikusumo).
Dalam pertempuran 10 Nopember yang terjadi kemudian, Dr.
Mustopo tak lagi punya peranan. Sebab menjelang Bung Karno ke
Surabaya, ia ditangkap oleh…
Keywords: Hotel Yamato, Peristiwa 10 November 1945, 
Foto Terkait
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?