Cak Roes, Dari "kapten" Langsung...

Edisi: 43/05 / Tanggal : 1975-12-27 / Halaman : 37 / Rubrik : TK / Penulis :


19 Desember 1948. Sore itu, persis 27 tahun yang lalu, Yogya
sepi. Di jalan Code belakang Hotel Garuda, seorang lelaki
bersepeda membawa setumpuk map dan mesin tulis. Ia bergegas.
Mendadak sebuah kapal terbang muncul. Bersama 4 orang lainnya
ia tiarap di bawah pohon. Sebentar sepi, mereka meneruskan
perjalaskan. Sekejap pesawat itu kembali terbang rendah dan
memuntahkan peluru. Tak seorang pun selamat: 3 orang meninggal,
2 luka-luka - termasuk si pengendara sepeda. Sebentar ditolong
oleh dr Faruqi, orang Pakistan yang kebetulan menginap di hotel
Garuda selanjutnya ia harus 5 hari dirawat dr Picaully di RS
Bethesda. Luka di jari tangan kanannya cukup parah. Karena
agresi Belanda (terkenal dengan Clash II), perawatannya terpaksa
pindah-pindah ke RS Dr Yap kemudian RS Panti Rapih. Setelah 6
bulan, tepatnya 13 Mei 1949, Roeslan Abdulgani sembuh. Dan 24
tahun kemudian, ia ketemu dengan bekas-bekas penembaknya di
negeri Belanda.

; "Peristiwa itu punya arti penting bagi saya. Ketika itulah saya
benar-benar mengalami pergolakan revolusi. Bukan hanya di bidang
diplomasi tapi juga merasakannya secara fisik. Saya baru keluar
dari sidang kabinet membicarakan rencana agresi Belanda bagai
sekjen Kementerian Penerbangan mewakili Menteri Penerangan
Mohammad Natsir yang lagi sakit. Saya buru-buru ke kantor
menyelamatkan beberapa dokumen sampai jam 3. Dalam perjalanan
pulang menjelang sore itulah peristiwa itu terjadi" tuturnya dua
pekan lewat di rumahnya jalan Diponegoro. Dan ia mendapat
'kenang-kenangan revolusi': ibu jari tangan kanannya kaku,
seperti tulang terbungkus kulit seadanya. Pangkalnya berkeriput
hitam-bakar, kulit batangnya kuning mengkilap. Ada bagian yang
agak penyok sedikit. Telunjuk dan jari tengah putus tandas sama
sekali. Itulah sebabnya ia sering berjabat-tangan dengan tangan
kiri, meski tanan kanan bukannya tak berfungsi. Sudah sejak
lama ia bisa mempergunakannya untuk mulai (dengan senduk),
mengetik. menulis dan mencoretkan tanda tangan. Tapi dulu
pernah berlatih tanda-tanda dengan tangan kiri.

; 6 bulan dirawat, ia banyak membaca. Mulai dari Sarinahnya Bung
Karno, The Story of Jaivaharlal Nehru punya Shakuntala Masani.
Polemik, Kebudayaan susunan Achdiat, Kebudayaan Islam oleh
Natsir dan Prof Kemal C.P. Wolff; Indonesie. Nederland en de
Wereld karangan van Mook sampai Korte Inleiding in de Existentie
Philosophie-nya van Peursen. Bahkan ia sempat menuliskan sekedar
resensi, yang kemudian distensil sebagai buku berjudul Butiran
oleh Oerip Hartojo (mahasiswa dan sopirnya ketika itu) yang
kemudian menjadi domine. Ada pendapat-pendapatnya yang menarik
da lam Butiran yang membuat resensi atas 15 buku yang ia tulis
untuk Bung Natsir. Misalnya tentang Lenin en Gandhi oleh Rene
Fulop Miller: "Membaca riwayat hidupnya Lenin, sama seperti kita
diajak melihat angin taufan dan lautan samodra yang bergelora.
Membaca riwayat hidupnya Gandhi, sama seperti kita diajak
melihat angin berbisik sayup-sayup dan air tenang sedang
mengalir. Bila dalam pergolakan politik sekarang ini, terutama
di dalam negeri, kita berkehendak mencari pegangan dari
pelajaran kedua hervormers ini, maka tentu akan timbul
pertanyaan, jalan yang betul? saya kira jalan yang tengah".
Tentang Polemik Kebudayaan: "Kurang sekali dilukiskan hubungan
antara kebudayaan bangsa dan kemerdekaannya. Bagi saya
kebudayaan dan peradaban adalah suatu produk dari pada suatu
kemerdekaan. Tidak mungkin cultuur berkembang dan peradaban
meningkat dari suatu bangsa yang, baik politis maupun ekonomis,
keadaannya diikat oleh bangsa lain". Tentang Korte Inleiding in
de Existentie Philsophie: "Saya anggap Chairil Anwar sebagai
seorang pujangga yang jiwanya bergulat juga dalam badainya
lautan existensialisme. Bung Sjahrir dan Bung Natsir sendiri
saya anggap masih tengah bergulat rupanya dalam derasnya aliran
existensialisme ini. Bung Sjahrir dengan sadar, Bung Natsir
mungkin belum sadar".

; Heikal

; Roeslan yang sejak belasan tahun sudah 'kutu buku' ini sekarang
lagi asyik membaca The Road to Ramadhan karangan pemimpin
redaksi Al-Ahram dan politikus Mesir Mohamed Heikal (TEMPO 11
Oktober). "Saya senang buku itu. Saya sendiri pernah ketemu
Heikal di Kairo tahun 1965. Orangnya memang hebat", kata
Roeslan. Tapi yang paling mengesan dua: De Vrijmaking der
Mensheid (Hendrik Willem van Loen) yang mengisahkan ikhtiar
manusia membebaskan diri dari rasa takut dan memberi semangat
melawan penindasan, dan De Heilige Qoer'an (Soedewo). tafsir
Qur'an pemberian almarhum Kyai Achmad Zakaria, "nasionalis
Islam dan ulama kenamaan". Ketika ditangkap Belanda, Roeslan
membiarkan seluruh miliknya disita asal kedua buku itu tetap
padanya. Ketika tahun 1945 ia mengungsi dari Surabaya ke
Mojokerto, koper yang saya bawa mengungsi isinya hanya beberapa
potong pakaian dan sejumlah buku".

; Ia paling suka sejarah. "Asal ada buku baru tentang sejarah
dari penerbit dalam atau luar negeri saya selalu kepengen
mendapatkannya", katanya. Sejarah bangsa Romawi misalnya, sangat
dikaguminya. Bisa difaham, sebab sejak kecil ibunya sering
mendongeng tentang Sriwijaya, Majapahit, Trunojoyo. Untung
Suropati, Diponegoro. Dan setelah dewasa membaca buku-buku karya
sejarawan besar Toynbee, Jan Romein, Thomas Carlyle, Ibn
Khaldun. Dalam usia 61 sekarang (dengan rambut 90% masih hitam)
hampir setiap pagi menengok toko buku kalau-kalau ada buku baru.
Ini dilakukannya jam 10--11 kalau tak ada tamu atau undangan.
Sebelum itu, sesudah sembahyang subuh, ia jalan-jalan sebentar
lalu mandi kemudian minum kopi sembari membaca koran atau buku
yang dilanjutkan malam hari sampai jam 23.

; Begitu mendalam pengaruh bacaan atas dirinya. Ia pernah tertarik
pada Hafil, nama samaran Sutan Sjahrir untuk menyebut Bung Hatta
dalam buku tentang para Digoelis. Ketika anaknya ke-4
(laki-laki) lahir di Yogya, diberinya nama Hafil ditambah Yanto
- nama pemuda yang meninggal akibat tembakan Belanda. Maka
jadilah: Hafil Budianto. Masih tertarik Sjahrir, ketika anaknya
ke-5 (perempuan) lahir di Jakarta ia namakan Hafilia Riniati
yang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
DICK, SI RAJA SERBA ADA
1984-01-21

Pengusaha, 50, perintis toko serba ada, gelael supermarket. juga pemilik restoran kentucky, dan es krim…

P
PENGAWAL DEMONSTRAN DI MASA TRITURA
1984-01-14

Letjen (purn), 60. karier dan pengalamannya, mengawal para demonstran kappi/kami pada saat terjadi aksi tritura…

A
AHLI NUKLIR, DALAM WARNA HIJAU
1984-01-28

Achmad baiquni, dirjen batan, ahli fisika atom yang pertama di indonesia.