Butuh Rumah ?; Usaha Tanah Dan Bangunan ...
Edisi: 02/06 / Tanggal : 1976-03-13 / Halaman : 50 / Rubrik : EB / Penulis :
BANTING harga. Tidak perlu bayar kontan, tapi dengan uang 5
juta rupiah sudah boleh menempati rumah bikinan kami. Alias
angsuran. Atau kalau tak ingin beli, boleh juga sewa/kontrak
selama 3 sampai 5 tahun. Dan buat orang-orang Amerika, tersedia
pula rumah-rumah yang khas desain gaya sana. Dan jangan lupa,
buat semua calon pembeli, rumah kami "bebas banjir". Harganya?
Macam-macam. Mulai dari yang 18,5 juta di Pulomas, sampai yang
Rp 100 juta di Simpruk. Tapi yang paling banyak, antara Rp 30
sampai Rp 60 juta, tersebar di banyak tempat yang tidak terlalu
jauh dari Kota atau Thamrin. Begitu rayuan para pengusaha "rumah
modern"--mereka sendiri sungkan menyebut "rumah mewah" atau
"rumah mahal" -- yang tersebar di koran-koran Jakarta.
Iklan-iklan mana agak tambah gencar awal tahun ini. Lebih-lebih
semenjak kejutan hutang Pertamina menyentuh usaha tanah dan
bangunan real estate), pertengahan tahun silam. Rayuan-rayuan
mana menunjukkan "banting setir" yang radikal dibandingkan
dengan masa jaya-jayanya bisnis ini, ketika kebanyakan berhasil
menjual barang dagangannya secara a kontan. Apakah pasarannya
sekarang memang sedang kendor?
; Ir Santoso Sutrisno, sekjen Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI)
mengiakan pertanyaan itu. "Boom rumah mewah sekarang ini sudah
berlalu. Tidak lagi seperti tahun 1969-1973, ketika permintaan
akan rumah mewah cukup besar". Menurut dia, pasaran rumah mewah
ketika itu adalah para penanam modal asing dan pejabat-pejabat
kedutaan asing di Jakarta. Tapi setelah resesi ekonomi dunia dan
krisis Pertamina, banyak orang asing sudah kembali ke negeri
asalnya. Keterangan mana dibenarkan pula oleh Mu'min Ali,
direktur Panin Bank yang juga salah seoran pemegang saham
Greenville Estate di Tomang Barat, Jakarta Barat. Untung Sutomo,
manajer pemasaran PT Bangun Tjipta Sarana, dan Ferry Sonneville
yang baru membangun beberapa rumah meyah di kompleks Gunung
Putri dekat jalan raya Jagorawi, juga membenarkan adanya suasana
kendor itu.
; Menurut ketua Persatuan Pengusaha Real Estate Indonesia (REI),
Eric Samola SH, salahnya tidak hanya terletak pada faktor-faktor
di luar pengusaha seperti resesi ekonomi dan krisis Pertamina
itu. Tapi juga karena dunia usaha sendiri! "masih suka
musim-musiman dan latah". Menurut Samola "dulu ketika mobil
sedang laris, semua orang berlomba-lomba dagang mobil. Begitu
juga tekstil, dan hotel. Sekarang, berapa banyak kamar hotel
yang kosong? Perumahan Lux, begitu pula. Ketika dagang rumah
mewah menguntungkan, orang juga ramai-ramai nubruk rumah mewah.
Akibatnya setelah pasaran mulai sepi, saling bersaing sendiri.
Dan terpaksa banting harga. Rumah-rumah di Simpruk yang dulunya
laku Rp 300 juta, sekarang ditawar-tawarkan Rp 100 juta saja
tidak ada yang mau beli".
; Ada benarnya. Beberapa tahun silam berbagai perusahaan yang
tadinya tidak bergerak di bidang tanah dan bangunan pun ikut
arus menanamkan sebagian modalnya dalam rumah-rumah mewah.
Termasuk Pertamina, yang banyak juga melimpahkan duit ke
berbagai pembuatan gedung dan rumah mewah. Marsekal Suwoto
Sukendar, ketua KADIN yang punya perusahaan penerbangan itu pun
ikut terjun di bidang membuat gedung dan rumah, sebagai Dirut PT
Niaga Loka. Tidak ketinggalan kelompok Astra, Waringin Kencana
dan Panin Bank. Di luar mereka yang tergabung dalam REI itu,
tidak sedikit pula pengusaha…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…