Di Panggung, Tidak Di Tempat Lain

Edisi: 10/06 / Tanggal : 1976-05-08 / Halaman : 14 / Rubrik : TK / Penulis :


DASAR anak tunggal, ia badung. Apalagi ketika ayahnya Tan Soen-tjiang, Cina totok - tak bisa lebih setanun berumah-tangga dengan isterinya, Dasih, wanita Betawi tulen asal Jembatan Lima. Perkawinan itu tak disetujui oleh keluarga lelaki. Lalu ayahnya kawin lagi dengan gadis Tionghoa. Karena itu, dibanding ke delapan adiknya--yang kini semuanya sudah tiada --kulitnya terbilang berwarna. Dari situ bermula ia dipanggil Si Item, dan kemudian Pak atau Oom Item.

Ketika keturunan Cina ramai-ramai ganti nama Indonesia, ia justru bertahan dengan nama pemberian orang-tuanya: Tan Tjeng-bok. "Yang penting kan prilaku kita, sebagai ukuran baik-tidaknya pribadi seseorang", kata aktor 3 jaman yang tetap laris itu. Selain Si Item ia anggap sebagai nama Indonesianya, lebih dari itu juga sebagai merek dagangnya sekaligus. Dalam setiap pertunjukan di televisi, klab malam atau di mana pun --ia selalu memakai nama itu untuk setiap tokoh yang ia perani.

Acaranya memang tak tetap. Tapi di televisi, sejak 4 tahun lalu, sebulan 2 kali ia muncul dalam grup Senyum Jakrta bersama artis-artis lama dan baru. Yang lama misalnya Netty Herawaty, Darussalam, Djauhari Effendy. Yang baru: Mansyursyah, Didit Kasidi, Lenny. Untuk pertunjukan di tempat lain sekarang ia memakai namanya sendiri untuk grupnya, Tan Tjeng-bok Cs. Sebelumnya, di klab malam, ia pernah memakai nama Metropolitan Big Five. Tapi belum sampai 2 bulan grup ini bubar.

Karirnya yang pertama sebenarnya sebagai biduan - ketika umurnya baru 12 tahun, di Bandung. Ia sendiri lahir di Jakarta 2 tahun sebelum abad ke-19. berakhir. Belum setahun, kedua orangtuanya bercerai. Ibu tetap di Jakarta, ayah Hijrah ke Bandung. Selama 6 tahun dirawat ibunya, kemudian dibawa ayahnya ke Bandung. "Ibu tiri maupun adik-adik dan ayah saya sebenarnya baik. Tapi entah mengapa saya sering tak betah di rumah", katanya. Dan ia sendiri mengaku, semasa kecil memang nakal.

Ngamen Itu Nista

Amat sering bolos dari Hollandsch Chinese School (setingkat SD) di jalan Braga, berkali-kali gurunya melapor kepada orang-tuanya. Saking pusingnya, baru sampai kelas 3 sang ayah menyuruhnya berhenti. Toh ia tak bebas bermain. Ia belajar silat di rumah, di bawah asuhan ayahnya sendiri yang konon pernah jadi murid kedua seorang guru persilatan Sianw Lin-shi. Ia senang. Karena kepatuhannya sewaktu-waktu ia mendapat kesempatan main di luar rumah. "Tapi jangankan diijinkan, tanpa ijin pun saya senang kluyuran", kata Tjeng-bok lagi mengenang masa kecilnya.

Yang menggaet hatinya ternyata orkes kroncong. Mula-mula sebagai penonton biasa, belakangan turun berjoget dan mencoba tarik suara. Dengan lagu Kroncong Muritsku, ia berhasil. Terakhir ia pun tercatat sebagai biduan Orkes Kroncong Si Goler pimpinan Mat Pengkor. Tapi mendengar itu, ayahnya - yang sehari-hari berdagang barang pecan-belah di jalan Klenteng, Bandung naik pitam, karena memandang dunia ngamen sebagai nista. Maka Si Item dihajar. Merasa tertekan, ia minggat ke Jakarta, mencari ibunya yang ternyata masih tinggal di Jembatan Lima - sanpai meninggalnya sekitar tahun 30-an.

Di Jakarta orkes kroncong lagi menjamur saat itu. Tapi Si Item tak lagi berminat. Ia malah jadi kranjingan pada Wayang Cina, semacam stamboel atau komedi bangsawan, sejenis perkumpulan sandiwara Miss Tjitjih di Jakarta sekarang. Bedanya, Wayang Cina hanya memainkan cerita-cerita Tiongkok. Ia ikut…

Keywords: Tan Soen-tjiangDasihTan Tjeng-bokNetty HerawatyDarussalamDjauhari EffendyMansyursyahDidit KasidiLennyMetropolitan Big FiveOrkes Kroncong Si GolerAndjar AsmaraDr. Samsi
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
DICK, SI RAJA SERBA ADA
1984-01-21

Pengusaha, 50, perintis toko serba ada, gelael supermarket. juga pemilik restoran kentucky, dan es krim…

P
PENGAWAL DEMONSTRAN DI MASA TRITURA
1984-01-14

Letjen (purn), 60. karier dan pengalamannya, mengawal para demonstran kappi/kami pada saat terjadi aksi tritura…

A
AHLI NUKLIR, DALAM WARNA HIJAU
1984-01-28

Achmad baiquni, dirjen batan, ahli fisika atom yang pertama di indonesia.