Matematika Pusing

Edisi: 23/06 / Tanggal : 1976-08-07 / Halaman : 17 / Rubrik : PDK / Penulis :

 

MATEMATIKA baru masih jadi bahan polemik. Bahkan Oeyeng Suwargana dan SM Abidin, dua di antara orang-orang yang menolak penggunaan ilmu tersebut di sekolah dasar, sempat memasukkan sikapnya ke dalam forum Konperensi Matematika Nasional dan Asia Tenggara pertengahan Juli kemarin. Menurut Oeyeng pada konperensi yang berlangsung di Bandung itu, pertimbangan P&K memberikan pengajaran matematika baru di SD-SD adalah karena kebutuhan akan matematika dewasa ini di perguruan tinggi. Jadi dapat difahami jika keberatan masyarakat Indonesia terhadap penggunaan ilmu tersebui di SD-SD, terutama karena kurang efektif dan kurang relevan. "Orang tidak habis-habis merasa heran, untuk apa bidang-bidang baru seperti logika matematika, basis bilangan, perkalian bilangan negatif dan teori set, diajarkan di SD", tulisnya pada kertas kerja yang dicetaknya sendiri dengan rapih, "mengingat menurut keterangan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, jumlah anak didik yang putus-sekolah di SD masih di atas 60%, sementara dari yang lulus tingkat sekolah tersebut, hanya 1,6% saja yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi".

Tapi di pihak lain, Prof. Andi Hakim Nasution misalnya, punya cukup alasan kenapa ilmu tersebut perlu diajarkan mulai tingkat SD. Matematika baru yang memulai semua pembahasan dengan konsep gugus, mengantarkan pengertian bilangan asli kepada murid, termasuk bilangan nol, pada waktu yang dini. Pengantaran pengertian bilangan melalui konsep gugus sesuai dengan psikologi belajar seorang anak yang mengumpulkan perbendaharaan kata sewaktu ia…

Keywords: Konperensi Matematika Nasional dan Asia Tenggara, Oeyeng Suwargana, SM Abidin, Prof. Andi Hakim Nasution, Dr. M. Ansjar, Hidayat Nataatmaja, Prof. Tb. Bachtiar Rifai, RM Wasisto Suryodiningrat M.Sc, 

---

Foto Terkait