Pidato Tahun Palapa

Edisi: 25/06 / Tanggal : 1976-08-21 / Halaman : 04 / Rubrik : NAS / Penulis :


PAGI 16 Agustus lalu, di salah sebuah ruangan gedung MPR/DPR, suasana terasa hening. Saat itu Presiden mencabut keris berlekuk 17 dari sarungnya dan memijit tombol yang ada di gagang keris. Terbukalah layar yang menutup prasasti Palapa (yang terbuat dari selempar perak dan tulisan emas). Selesai membubuhi tandatangan pada prasasti itu, kepala Negara melakukan hubungan telepon dengan Gubernur Aceh Muakkir Walad dan Gubernur Irian Jaya Soetran. Dan pagi itu juga Gubernur Aceh melakkan hubungan telepon dengan Bupati di Merauke. . .

Itulah pertanda hubungan telepon sudah bisa dijangkau dari Sabang sampai Merauke. Sesaat setelah itu Kepala Negara membawakan pidato kenegaraan 16 Agustus yang pertama bisa ditangkap teve di luar Jawa, sekalipun baru sampai Medan, Palembang dan Ujungpandang. Sebagaimana halnya tahun lalu Presiden tak banyak menyebut angka dan data dalam pidatonya. Tapi lebih banyak menekankan pada makna pembangunan Republik Indonesia selama 31 tahun ini, khususnya selama 10 tahun masa Orde Baru. Berbicara tentang arah dan ciri pembangunan, Presiden…

Keywords: Pembangunan IndonesiaPidato Kenegaraan 1976Muakkir WaladSoetranPresiden SoehartoTimor TimurG30S/PKI
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?