Kritik Untuk Dokter; Dokter: Mengapa Mereka Dikritik
Edisi: 25/06 / Tanggal : 1976-08-21 / Halaman : 50 / Rubrik : KSH / Penulis :
* Sudah sebulan yang lalu si Ani sembuh dari sakitnya. Tetapi gadis cilik ini masih saja merdekam di bangsal bagian anak-anak Rumah-sakit Sumber Waras, Jakarta. Mirip seorang sandera. Ia hanya bisa pulang kalau orangtuanya melunasi kekurangan biaya perawatan Rp 35.000. Dan beban itu kemungkihan bertambah terus dari hari ke sehari, menurut jumlah makanan yarg dihidangkan kepadanya "Saya tak kuat kalau biaya makan itu ditambahkan pula Biarlah Ani jadi anak rumah-sakit kata ibunya putus asa.
* Seorang bayi di daerah Tanjung Priok minggu lalu terpaksa menelah bermacam-macam obat yang berharga sampai belasan ribu rupiah dari seorang doker anak-anak. Tanpa melihat sumber penyakit secara teliti rupanya sang dokter hanya menuliskan resep dari jenis obat-obatan yang dianggapnya bisa menghilangkan gejala penyakit si pasien. Karena tak sembuh-sembuh juga, akhirnya orangtua anak ini membawanya ke dokter lain. Baru kemudian dia diketahui menderita TBC.
KEJADIAN seperti iu benar dan banyak terjadi. Hanya tak ada yang mengemukakannya kepada khalayak ramai. Barangkali karena di Indonesia profesi dokter dipandang dengan sangat hormat -- lebih dari seorang ahli hukum atau seorang guru. Di pengadilan seorang hakim masih perlu menertibkan hadirin supaya dihormati. Di rumah sakit suara ketukan sepatu sang dokter di atas lantai yang licin saja sudah cukup membikin para pasien atau penjenguk terdiam. Dan mereka pun biasanya memandang setengah mengharap setengah takut kepada tokoh yang berbaju putih-putih dan memasang wajah serius itu . . .
Tokoh kita sang dokter memang seakan akan merupakan versi baru dari tokoh dukun sakti. Seolah-olah orang hampir menganggapnya jadi semacam penghubung khusus antara malaikal maut di satu pihak dengan orang-orang sakit di lain pihak. Maka siapa yang bakal menyangka bahwa dokter pun bisa keliru dalam mengobati? Bukankah sekolahnya dikabarkan lama dan sukar, dan ilmunya banyak? Siapa pula yang akan menyangka bahwa tokoh kita ini sebenarnya punya segi lain, yakni -- yah, apalagi -- segi pedagang?
Mungkin karena itulah, di Indonesia belum ada kasus di mana seorang pasien mengadukan seorang dokter karena salah mengobati. Sebagai kontras: di Amerika Serikat baru-baru ini justru para dokter yang berbalik menyiapkan diri terhadap tuntutan-tuntutan hukum -- saking seringnya terjadi pengaduan semacam itu. Di Indonesia, di mana orang kurang cerewet, suka mengalah dan/atau mudah dikibuli, bisa saja dokter salah menyuntik anak atau keliru menolong kelahiran -- dengan akibat yang cukup serius -- tapi pasien atau keluarganya diam saja.
Tapi lama-kelamaan toh kritik makin terdengar juga terhadap para doktern. Misalnya dalam peristiwa gempa di Irian Jaya baru-baru ini. Disitu dikeluhkan bahwa tak ada dokter Indonesia yang berangkat jadi sukarelawan menolong penduduk. "Mereka sibuk cari uang di Jakarta", kata seorang pejabat daerah. Kritik begini belum tentu benar, sebab mungkin letak keseretannya pada pejabat bidang kesehatan. Meskipun begitu, orang dengan segera teringat akan diskusi hangat dua bulan yang lalu, di Taman Ismail Marzuki, yang bertolak dari hasil pengamatan Prof. Hans-Dieter Evers, tentang kurangnya partisipasi sosial para dokter (TEMPO, 3 Juli 1976).
Dan sorotan serta keluhan memang tak terelakkan. Di Indonesia, makin…
Keywords: Prof. Hans-Dieter Evers, Dr.Sidartawan Soegondo, Ikatan Dokter Indonesia, IDI, Dr Herman Susilo, Prof. Dr. Anulah, Bachrawi Wongsokusumo, Dr. Kildare, Dr. Ciptomangunkusumo, Dr. Soedarso, Albert Schweitzer, Hunter, Osler, Knox, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Awas, Olahraga dan Rapuh Tulang
1994-05-14Olahraga keras dan berlebihan bisa mengakibatkan rapuh tulang. pelari maraton, pebalet, atlet dayung, dan pelatih…
Dari Mana Raja Singa di Wamena?
1994-04-16Banyak penduduk pedalaman irian jaya ditemukan mengidap penyakit kelamin. sejumlah pria pernah diundang "pesiar" ke…
Cangkok Cara Tegalrejo
1994-04-16Rumah sakit tegalrejo semarang mencatat sukses mencangkok sumsum penderita talasemia. tanpa transfusi, pasien bisa hidup…