Ancaman Hujan Dan Sisa Gunung Agung

Edisi: 29/06 / Tanggal : 1976-09-18 / Halaman : 23 / Rubrik : DH / Penulis :

PENDUDUK di kawasan jalur bencana gempa di Bali sekarang yakin,
musibah serupa itu tak akan menimpa mereka lagi. Keyakinan ini
tumbuh berdasarkan kepercayaan, bahwa kemarahan Bhetara Ciwa --
sebagai simbol perusak jagat -- sudah diketahui sebab-sebabnya.
Yaitu, selama ini masyarakat Bali telah lupa menghaturkan
upacara keagamaan. Mirip ketika Gunung Agung meletus di tahun
1963, yang dianggap sebagai akibat melalaikan upacara Eka Dasa
Ludra di Bekasih. Kemarahan Bethara Ciwa di hari keramat Budha
Keliwon Pahang 14 Juli itu sudah dianggap berakhir manakala
seluruh umat Hindu Dharma di Bali secara serentak menghaturkan
sesajen untuk minta perlindungan dan kesentosaan. Upacara ini
dilangsungkan hampir secara serentak di seluruh pulau wisata itu
mulai dari tingkat desa sampai propinsi di akhir bulan lalu.

; Tapi mereka yang masih belum pulih dirundung bencana itu,
akhir-akhir ini mulai risau melihat langit yang semakin mendung
menyimpan hujan. Di Kecamatan Pupuan bahkan air itu sudah
tercurah. Artinya para korban gempa yang masih ditampung dalam
tenda-tenda atau rumah-rumah darurat buatan mereka sendiri itu
mulai diancam kuyup. Tentu saja karena keadaan tempat tinggal
darurat itu belum memenuhi syarat, sehingga dengan enak saja
hujan bisa mengguyur mereka. Nah, kalau sudah sampai begini,
agaknya perkara rumah yang dijanjikan bagi mereka banyak
dipercakapkan. Sebab hanya sebagian kecil saja para korban yang
sudi nenempati barak-barak penampungan yang dibuatkan bagi
mereka. Alasannya, terlampau jauh dari runtuhan eks rumah
mereka dulu, sementara mereka berkeinginan besar untuk
mempertahankan dan memanfaatkan sisa-sisa bangunan yang masih
ada. Adapun barak-barak penampungan itu semua berjumlah 60 buah,
diborongkan dengan harga Rp…

Keywords: -

---

Foto Terkait