Si Nelayan Dan Minat Baca

Edisi: 37/06 / Tanggal : 1976-11-13 / Halaman : 54 / Rubrik : PDK / Penulis :


LETIH dan setengah mengantuk, Ajat, nelayan di Pelabuhan Ratu,
Sukabumi, pagi 4 Nopember kemarin, baru tiba di pantai.
Membenahi jaring sambil menghitung hasil penjualan ikannya,
nelayan setengah baya itu mengaku tak pernah pinjam buku di
perpustakaan desa. "Teu aya waktosna" (tidak ada waktunya),
ucapnya dalam bahasa Sunda. Ajat bukan tidak tahu, sebagaimana
sekolah, perpustakaan lewat buku-bukunya bisa menambah
pengetahuan. Namun dia merasakan waktu untuk membaca buku hampir
tak pernah ada, tersita oleh waktu untuk cari makan. Tentang
sekolah? Ayah yang salah seorang anaknya duduk di kelas I SD
itu, kecewa. Bukan hanya mesti bayar Rp 150 per bulannya tapi
keharusan anaknya untuk membawa beras per kotak korek-api
seharinya ke sekolah -- di daerah ini pemberian itu disebut,
perelek -- membuat si ayah yang bermuka suram itu semakin
kelihatan tua. "Lihat SD itu", katanya dengan suara pelan; "itu
kan bantuan Presiden, kenapa kita mesti bayar". Ajat yang jalan
pikirannya polos itu memang tidak tahu, kalau bantuan itu hanya
berupa gedung, tidak berarti sekolah gratis. Sehingga ketika
dibilang tahun depan SPP kelas I sampai…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Wajib Pajak atau Beasiswa?
1994-05-14

Mulai tahun ajaran ini, semua perguruan tinggi swasta wajib menyisihkan keuntungannya untuk beasiswa. agar uang…

S
Serba-Plus untuk Anak Super
1994-04-16

Tahun ini, sma plus akan dibuka di beberapa provinsi. semua mengacu pada model sma taruna…

T
Tak Mesti Prestasi Tinggi
1994-04-16

Anak cerdas tk menjamin hidupnya kelak sukses. banyak yang mengkritik, mereka tak diberikan perlakuan khusus.…