Di Sela-sela Gudang Beras
Edisi: 42/06 / Tanggal : 1976-12-18 / Halaman : 06 / Rubrik : NAS / Penulis :
PERISTIWA Budiadji menyebabkan Ka Bulog lebih berhati-hati.
Telah dikeluarkan instruksi untuk memeriksa lebih teliti situasi
keuangan seluruh Dolog di setiap propinsi. Tapi adakah kebobolan
yang terjadi dalam tubuh Bulog di Kalimantan Timur itu,
sekaligus akan membuat Ka Bulog melakukan pengawasan yang lebih
ketat dalam hal pendirian gudang-gudang beras?
; Pembangunan 320 gudang beras di-40 lokasi di seluruh Indonesia,
merupakan satu putusan penting yang diambil pemerintah setelah
krisis pangan 1972. Maklumlah, pemerintah tidak mau lagi
dikejutkan oleh krisis serupa yang suka berulang tiap 4--5 tahun
sekali. Sehingga pembentukan sarana penyangga yang 100% di bawah
Bulog, mendapat perhatian utama. Begitu pentingnya fasilitas
Bulog ini, sehingga pemerintah berani mempertaruhkan sebagian
modalnya di luar APBN, antara 3045 milyar rupiah.
; April 1977, diharapkan semuanya rampung. Maka daya tampungnya
seluruhnya berjumlah 1,115 juta ton beras, sebab rata-rata
tiap-tiap gudang kapasitasnya 3.500 ton. Berapa biayanya?
Menurut Kabulog Bustanil Arifin, yang merupakan pimpinan proyek
raksasa itu, standarnya rata-rata 100 dollar per ton. Jadi
seluruhnya 111 juta dollar atau sekitar 45 milyar rupiah. Namun
karena kalkulasi gudang tidak semuanya sama --umumnya ada 3 atau
4 gudang di satu lokasi - maka secara keseluruhan biayanya jatuh
jauh lebih rendah. Yakni Rp 30 milyar saia. Atau "rata-rata Rp
100 juta tiap gudang", kata Bustanil.
; Dalam prakteknya, biaya Rp 100 juta per gudang itu selalu
terlampaui. Menurut konsultan Bulog, PT Widya Pertiwi
Engineering yang mermbuat disain standar gudang-gudang dengan
gaya arsitektur joglo itu, rata-rata menelan Rp 110 juta. Sedang
menurut Ir Maryani, asisten dari Kepala Biro Penelitian &
Pengembangan Bulog, "banyak juga yang mencapai biaya Rp 150
juta". Sedang di kabupaten Kudus, Jawa Tengah, ada gudang beras
yang mencapai harga Rp 180 juta. Macam-macam perbedaan itu,
kabarnya disebabkan karena harga tanah yang tidak sama, serta
kondisi tanah yang juga berbeda-beda.
; Tanah rawa misalnya, harus diuruk dulu untuk mampu menopang
gudang beras yang beratnya ribuan ton itu. Berarti ada tambahan
biaya yang tidak sedikit. Belum lagi faktor-faktor lain.
Misalnya gudang beras dekat Samarinda yang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?